Kelas : 1IB05
NPM : 1C414893
1.
Masyarakat
Pedesaan dan Masyarakat Perkotaan
1.1.
Masyarakat
Perkotaan
Masyarakat
perkotaan sering disebut juga urban community. Pengertian masyarakat kota lebih
ditekankan pada sifat kehidupannya serta ciri-ciri kehidupannya yang berbeda
dengan masyarakat pedesaan. Ada beberapa ciri yang menonjol pada masyarakat
kota yaitu :
1. Kehidupan keagamaan berkurang bila dibandingkan dengan
kehidupan keagamaan di desa. Cara kehidupan masyarakat perkotaan mempunyai
kecenderungan ke arah keduniawan, bila dibandingkan dengan kehidupan warga
masyarakat desa yang cenderung ke arah keagamaan.
2. Orang kota pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa
harus bergantung pada orang lain. Yang penting disini adalah manusia perorangan
atau individu. Di kota – kota kehidupan keluarga sering sukar untuk disatukan ,
sebab perbedaan kepentingan paham politik , perbedaan agama dan sebagainya
3. Jalan pikiran rasional yang pada umumnya dianut masyarakat
perkotaan , menyebabkan bahwa interaksi – interaksi yang terjadi lebih
didasarkan pada factor kepentingan daripada factor pribadi.
4. Pembagian kerja di antra warga-warga kota juga lebih tegas
dan mempunyai batas-batas yang nyata
5. Kemungkinan-kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan juga
lebih banyak diperoleh warga kota dari pada warga desa
6. Interaksi yang terjai lebih banyak terjadi berdasarkan pada
factor kepentingan daripaa factor pribadi
7. Pembagian waktu yang lebih teliti dan sangat penting, untuk
dapat mengejar kebutuhan individu
8. Perubahan-perubahan sosial tampak dengan nyata di kota-kota,
sebab kota biasanya terbuka dalam menerima pengaruh dari luar.
1.2. Hubungan Desa dan Kota
Masyarakat
pedesaan dan perkotaan bukanlah dua komonitas yang terpisah sama sekali satu
sama lain. Bahkan dalam keadaan yang wajar diantara keduanya terdapat hubungan
yang erat. Bersifat ketergantungan, karena diantara mereka saling membutuhkan.
Kota tergantung pada dalam memenuhi kebutuhan warganya akan bahan bahan pangan
seperti beras sayur mayur , daging dan ikan. Desa juga merupakan sumber tenaga
kasar bagi jenis-jenis pekerjaan tertentu dikota. Misalnya saja buruh bangunan
dalam proyek-proyek perumahan. Proyek pembangunan atau perbaikan jalan raya
atau jembatan dan tukang becak. Mereka ini biasanya adalah pekerja-pekerja
musiman. Pada saat musim tanam mereka, sibuk bekerja di sawah. Bila pekerjaan
dibidang pertanian mulai menyurut, sementara menunggu masa panen mereka
merantau ke kota terdekat untuk melakukan pekerjaan apa saja yang tersedia.
"Interface", dapat diartikan adanya kawasan perkotaan yang tumpang-tendih dengan kawasan pedesaan, nampaknya persoalan tersebut sederhana, bukankah telah ada alat tarnsportasi, pelayanan kesehatan, fasilitas pendidikan, pasar, dan rumah makan dan lain sebagainya, yang mempertemukan kebutuhan serta sifat kedesaan dan kekotaan. Hubungan kota-desa cenderung terjadi secara alami yaitu yang kuat akan menang, karena itu dalam hubungan desa-kota, makin besar suatu kota makin berpengaruh dan makin menentukan kehidupan pedesaan,
Secara teoristik, kota merubah atau paling mempengaruhi desa melalui beberapa cara, seperti: (1) Ekspansi kota ke desa, atau boleh dibilang perluasan kawasan perkotaan dengan merubah atau mengambil kawasan pedesaan. Ini terjadi disemua kawasan perkotaan dengan besaran dan kecepatan yang beraneka ragam; (2) Invasi kota, pembangunan kota baru seperti misalnya Batam dan banyak kota baru sekitar Jakarta merubah pedesaan menjadi perkotaan. Sifat kedesaan lenyap atau hilang dan sepenuhnya diganti dengan perkotaan; (3) Penetrasi kota ke desa, masuknya produk, perilaku dan nilai kekotaan ke desa. Proses ini yang sesungguhnya banyak terjadi; (4) Ko-operasi kota-desa, pada umumnya berupa pengangkatan produk yang bersifat kedesaan ke kota. Dari keempat hubungan desa-kota tersebut kesemuanya diprakarsai pihak dan orang kota. Proses sebaliknya hampir tidak pernah terjadi, oleh karena itulah berbagai permasalahan dan gagasan yang dikembangkan pada umumnya dikaitkan dalam kehidupan dunia yang memang akan mengkota.
1.3. Aspek Positif dan Aspek Negatif
Perkembangan
kota merupakan manifestasi dari pola kehidupan sosial , ekonomi, kebudayaan dan
politik. Kesemuanya ini akan dicerminkan dalam komponen-komponen yang
memebentuk struktur kota tersebut . Jumlah dan kualitas komponen suatu kota
sangat ditentukan oleh tingkat perkembangan dan pertumbuhan kota tersebut.
Secara umum dapat dikenal bahwa suatu lingkungan perkotaan, seyogyanya mengandung 5 unsur yang meliputi :
Secara umum dapat dikenal bahwa suatu lingkungan perkotaan, seyogyanya mengandung 5 unsur yang meliputi :
a) Wisma : Untuk tempat berlindung terhadap alam sekelilingnya
b) Karya : Untuk penyediaan lapangan kerja. Unsur ini merupakan
jaminan bagi kehidupan bermasyarakat.
c) Marga : Untuk menyelenggarakan hubungan antara suatu dengan
tempat lainnya didalam kota dan daerah lainnya. Misalnya dengan pengembangan
jaringan jalan dan telekomunikasi
d) Suka : Untuk memenuhi kebutuhan penduduk akan fasilitas
hiburan, rekreasi, kebudayaan, dan kesenian
e) Penyempurnaan : Untuk
fasilitas keagamaan, perkuburan, pendidikan, dan utilitas umum.
Untuk itu semua , maka fungsi dan tugas aparatur pemerintah
kota harus ditingkatkan :
a) Aparatur kota harus dapat menangani berbagai masalah yang timbul di kota . Untuk
a) Aparatur kota harus dapat menangani berbagai masalah yang timbul di kota . Untuk
itu maka
pengetahuan tentang administrasi kota dan perencanaan kota harus
dimilikinya.
b) Kelancaran dalam pelaksanaan pembangunan dan pengaturan tata kota harus
b) Kelancaran dalam pelaksanaan pembangunan dan pengaturan tata kota harus
dikerjakan
dengan cepat dan tepat , agar tidak disusul dengan masalah lainnya.
c) Masalah keamanan kota harus dapat ditangani dengan baik sebab kalau tidak , maka
c) Masalah keamanan kota harus dapat ditangani dengan baik sebab kalau tidak , maka
kegelisahan
penduduk akan menimbulkan masalah baru.
d) Dalam rangka pemekaran kota , harus ditingkatkan kerjasama yang baik antara para
d) Dalam rangka pemekaran kota , harus ditingkatkan kerjasama yang baik antara para
pemimpin di kota
dengan para pemimpin di tingkat kabupaten tetapi juga dapat
bermanfaat bagi
wilayah kabupaten dan sekitarnya.
Oleh
karena itu maka kebijaksanaan perencanaan dan mengembangkan kota harus dapat
dilihat dalam kerangka pendekatan yang luas yaitu pendekatan regional . Rumusan
pengembangan kota seperti itu tergambar dalam pendekatan penanganan masalah
kota sebagai berikut :
a) Menekan
angka kelahiran
b) Mengalihkan
pusat pembangunan pabrik (industri) ke pinggiran kota
c) Membendung
urbanisasi
d) Mendirikan
kota satelit dimana pembukaan usaha relatif rendah
e) Meningkatkan
fungsi dan peranan kota-kota kecil atau desa-desa yang telah ada disekitar kota
besar
f) Transmigrasi
bagi warga yang miskin dan tidak mempunyai pekerjaan
1.4.
Masyarakat Pedesaan
Masyarakat pedesaan
selalu memiliki ciri-ciri atau dalam hidup bermasyarakat, yang biasanya tampak
dalam perilaku keseharian mereka. Pada situasi dan kondisi tertentu, sebagian
karakteristik dapat digeneralisasikan pada kehidupan masyarakat desa di Jawa.
Namun demikian, dengan adanya perubahan sosial religius dan perkembangan era
informasi dan teknologi, terkadang sebagian karakteristik tersebut sudah “tidak
berlaku”. Masyarakat pedesaan juga ditandai dengan pemilikan ikatan perasaan
batin yang kuat sesama warga desa, yaitu perasaan setiap warga/anggota
masyarakat yagn amat kuat yang hakekatnya, bahwa seseorang merasa merupakan
bagian yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat dimanapun ia hidup
dicintainya serta mempunyai perasaan bersedia untuk berkorban setiap waktu demi
masyarakatnya atau anggota-anggota masyarakat, karena beranggapan sama-sama
sebgai masyarakat yang saling mencintai saling menghormati, mempunyai hak
tanggung jawab yang sama terhadap keselamatan dan kebahagiaan bersama di dalam
masyarakat.
Adapun yang menjadi ciri-ciri
masyarakat pedesaan antara lain :
1.
Didalam masyarakat pedesaan di
antara warganya mempunyai hubungan yang lebih mendalam dan erat bila
dibandingkan dengan masyarakat pedesaan lainnya di luar batas wilayahnya.
2.
Sistem kehidupan umumnya berkelompok
dengan dasar kekeluargaan
3.
Sebagian besar warga masyarakat pedesaan
hidup dari pertanian
4.
Masyarakat tersebut homogen, deperti
dalam hal mata pencaharian, agama, adapt istiadat, dan sebagainya
Didalam
masyarakat pedesaan kita mengenal berbagai macam gejala, khususnya tentang
perbedaan pendapat atau paham yang sebenarnya hal ini merupakan sebab-sebab
bahwa di dalam masyarakat pedesaan penuh dengan ketegangan-ketegangan sosial. Gejala-gejala
sosial yang sering diistilahkan dengan :
a) Konflik
(Pertengkaran)
b) Kontraversi
(Pertentangan)
c) Kompetisi
(Persiapan)
1.5. Perbedaan Masyarakat Pedesaan
dan Masyarakat Perkotaan
1. Lingkungan Umum dan Orientasi
Terhadap Alam, Masyarakat
perdesaan berhubungan kuat dengan alam, karena lokasi geografisnyadi daerah
desa. Penduduk yang tinggal di desa akan banyak ditentukan oleh kepercayaan dan
hukum alam. Berbeda dengan penduduk yang tinggal di kota yang kehidupannya
“bebas” dari realitas alam.
2. Pekerjaan atau Mata Pencaharian, Pada umumnya mata pencaharian di dearah perdesaan adalah
bertani tapi tak sedikit juga yg bermata pencaharian berdagang, sebab beberapa
daerah pertanian tidak lepas dari kegiatan usaha.
3. Ukuran Komunitas, Komunitas perdesaan biasanya lebih kecil dari komunitas
perkotaan.
4. Kepadatan Penduduk, Penduduk desa kepadatannya lbih rendah bila dibandingkan
dgn kepadatan penduduk kota,kepadatan penduduk suatu komunitas kenaikannya
berhubungan dgn klasifikasi dari kota itu sendiri.
5. Homogenitas dan Heterogenitas, Homogenitas atau persamaan ciri-ciri sosial dan
psikologis, bahasa, kepercayaan, adat-istiadat, dan perilaku nampak pada
masyarakat perdesa bila dibandingkan dengan masyarakat perkotaan. Di kota
sebaliknya penduduknya heterogen, terdiri dari orang-orang dgn macam-macam
perilaku, dan juga bahasa, penduduk di kota lebih heterogen.
6. Diferensiasi Sosial, Keadaan heterogen dari penduduk kota berindikasi
pentingnya derajat yg tinggi di dlm diferensiasi Sosial.
7. Pelapisan Sosial, Kelas sosial di dalam masyarakat sering nampak dalam
bentuk “piramida terbalik” yaitu kelas-kelas yg tinggi berada pada posisi atas
piramida, kelas menengah ada diantara kedua tingkat kelas ekstrem dari
masyarakat.
2.
Pertentangan Sosial dan Integrasi Masyarakat
2.1. Perbedaan Kepentingan
Kepentingan
merupakan dasar dari timbulnya tingkah laku individu. Individu bertingkah laku
karena adanya dorongan untuk memenuhi kepentingannya. Kepentingan ini sifatnya
esensial bagi kelangsungan hidup individu itu sendiri, jika individu berhasil
memenuhi kepentingannya, maka ia akan merasakan kepuasan dan sebaliknya
kegagalan dalam memenuhi kepentingan akan menimbilkan masalah baik bagi dirinya
maupun bagi lingkungannya.
Dengan
berpegang prinsip bahwa tingkah laku individu merupakan cara atau alat dalam
memenuhi kebutuhannya, maka kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh individu
dalam masyarakat pada hakikatnya merupakan kepuasan pemenuhan dari kepentingan
tersebut.
Oleh karena
individu mengandung arti bahwa tidak ada dua orang yang sama persis dalam
aspek-aspek pribadinya, baik jasmani maupun rohani, maka dengan sendirinya
timbul perbedaan individu dalam hal kepentingannya. Perbedaan kepentingan itu
antara lain berupa :
1)
Kepentingan
individu untuk memperoleh kasih saying
2)
Kepentingan
individu untuk memperoleh harga diri
3)
Kepentingan
individu untuk memperoleh penghargaan yang sama
4)
Kepentingan
individu untuk memperoleh prestasi dan posisi
5)
Kepentingan
individu untuk dibutuhkan orang lain
6)
Kepentingan
individu untuk memperoleh kedudukan di dalam kelompoknya
7)
Kepentingan
individu untuk memperoleh rasa aman dan perlindungan diri
8)
Kepentingan
individu untuk memperoleh kemerdekaan diri
Kenyataan-kenyataan
seperti itu menunjukkan ketidakmampuan suatu ideologi mewujudkan idealisme yang
akhirnya akan melahirkan kondisi disintegrasi atau konflik. Permasalahan utama
dalam tinjauan konflik ini adalah adanya jarak yang terlalu besar antara
harapan dengan kenyataan pelaksanaan dan hasilnya kenyataan itu disebabkan oleh
sudut pandang yang berbeda antara pemerintah atau penguasa sebagai pemegang
kendali ideologi dengan berbagai kelompok kepentingan sebagai sub-sub ideologi. Perbedaan
kepentingan ini tidak secara langsung menyebabkan terjadinya konflik tetapi
mengenal beberapa fase yaitu:
1. Fase disorganisasi yang terjadi
karena kesalahpahaman.
2. Fase dis-integrasi yaitu
pernyataan tidak setuju.
Fase dis-integrasi ini memiliki
tahapan (Menurut Walter W. Martin dkk):
·
Ketidaksepahaman
anggota kelompok tentang tujuan yang dicapai.
·
Norma
sosial tidak membantu dalam mencapai tujuan yang disepakati.
·
Norma yang
telah dihayati bertentangan satu sama lain.
·
Sanksi
sudah menjadi lemah
·
Tindakan
anggota masyarakat sudah bertentangan dengan norma kelompok.
2.2. Prasangka Diskriminasi dan Etnosentris
Prasangka berarti membuat keputusan sebelum mengetahui fakta yang
relevan mengenai objek tersebut. Awalnya istilah ini merujuk pada penilaian
berdasar ras seseorang sebelum memiliki informasi yang relevan yang bisa
dijadikan dasar penilaian tersebut. Selanjutnya prasangka juga diterapkan pada
bidang lain selain ras. Pengertiannya sekarang menjadi sikap yang tidak masuk
akal yang tidak terpengaruh oleh alasan rasional.
Diskriminasi merujuk
kepada pelayanan yang tidak adil terhadap individu tertentu, di mana layanan
ini dibuat berdasarkan karakteristik yang diwakili oleh individu tersebut.
Diskriminasi merupakan suatu kejadian yang biasa dijumpai dalam masyarakat
manusia, ini disebabkan karena kecenderungan manusian untuk membeda-bedakan
yang lain.
Ketika seseorang
diperlakukan secara tidak adil karena karakteristik suku, antargolongan,
kelamin, ras, agama dan kepercayaan, aliran politik, kondisi fisik atau
karateristik lain yang diduga merupakan dasar dari tindakan diskriminasi.
Diskriminasi
dibagi menjadi 2, yaitu :
a)
Diskriminasi
langsung, terjadi saat
hukum, peraturan atau kebijakan jelas-jelas menyebutkan karakteristik tertentu,
seperti jenis kelamin, ras, dan sebagainya, dan menghambat adanya peluang yang
sama.
b)
Diskriminasi
tidak langsung, terjadi saat
peraturan yang bersifat netral menjadi diskriminatif saat diterapkan di lapangan
Sebab
Timbulnya Prasangka dan Diskriminasi diantaranya, yaitu :
a) Latar belakang sejarah
Orang kulit putih di Amerika Serikat
berprasangka negatif terhadap orang negro. Orang kulit putih beranggapan
bahwa orang negro adalah budak dan orang berkulit putih adalah Tuan rajanya.
b)
Perkembangan sosio, kultural, dan situasional
Sifat prasangka akan muncul dan
berkembang apabila terjadi kesenjangan sosial kepada masyarakt sekitar.
c) Bersumber
dari faktor kepribadian
Keadaan frustasi dari orang ataupun
kelompok sosial tertentu dapat menimbulkan tingkah laku yang cukup agresif.
Tipe prasangka lebih dominan disebabkan karena sikap orang itu tersendiri
d) Perbedaan
keyakinan, kepercayaan dan agama
Prasangka diatas dapat dikatakan
sebagai suatu prasangka yang bersifat universal.
Cara Untuk
Mengurangi/Menghilangkan Prasangka dan Diskriminasi diantaranya, yaitu
a)
Perbaikan kondisi sosial
ekonomi
Pemerataan pembangunan dan membuka
lapangan pekerjaan merupakan cara cukup baik mengurangi angka kemiskinan dan
kesenjangan sosial antara masyarakat menengah kebawah dengan menengah keatas
b)
Perluasan kesempatan belajar
Usaha pemerintah untuk melakukan
pemerataan kesejahteraan dalam bidang pendidikan sudah dilakukan, misalnya saja
dana APBN yang sudah mencapai 20% untuk dunia pendidikan, Wajib Belajar (WAJAR)
selama 9 tahu, dll.
Etnosentrisme yaitu suatu
kecenderungan yang menganggap nilai-nilai dan norma-norma kebudayaannya sendiri
sebagaai sesuatu yang prima, terbaik, mutlak dan diepergunakan sebagai tolok
ukur untuk menilai dan membedakannya dengan kebudayaan lain.
Etnosentrisme merupakan kecenderungan tak sadar untuk
menginterpretasikan atau menilai kelompok lain dengan tolok ukur kebudayaannya
sendiri. Sikap etnosentrisme dalam tingkah laku berkomunikasi nampak canggung,
tidak luwes.
Setiap suku bangsa atau ras tertentu memiliki ciri khas
kebudayaan yang berbeda dan sekaligus menjadi kebanggaan mereka. Suku bangsa
ras tersebut cendrung menganggap kebudayaan mereka sebagai salah satu
prima, riil, logis, sesuai dengan kodrat alam dan sebagainya. Segala yang
berbeda dengan kebudayaan yang mereka miliki, dipandang sebagai,
dipandang sebagai suatu yang kurang baik, kurang estetis, dan bertentang
dengan kodratnya.
2.3. Pertentangan Sosial Ketegangan dalam Masyarakat
Konflik mengandung
pengertian tingkah laku yang lebih luas daripada yang biasa dibayangkan orang
dengan mengartikannya sebagai pertentangan yang kasar. Terdapat tiga elemen
dasar yang merupakan ciri dasar dari suatu konflik, yaitu :
a) Terdapat dua atau lebih unit-unit atau bagian yang terlibat
dalam konflik
b) Unit-unit tersebut mempunyai perbedaan-perbedaan yang tajam
dalam kebutuhan, tujuan, masalah, sikap, maupun gagasan-gagasan
c) Terdapat interraksi diantar bagian-bagian yang mempunyai
perbedaan tersebut
Konflik merupakan
suatu tingkah laku yang dibedakan dengan emosi-emosi tertentu yang sering
dihubungkan dengan kebencian atau permusuhan, konflik dapat terjadi pada
lingkungan diri
seseorang, kelompok, dan masyarakat. Adapun cara pemecahan konflik tersebut :
1.
Elimination, pengunduran
diri dari salah satu pihak yang terlibat konflik
2.
Subjugation atau Domination,
pihak yang mempunyai kekuasaan terbesar dapat memaksa pihak lain untuk mengalah
3.
Majority Rule, artinya suara terbanyak yang ditentukan dengan voting
4.
Minority Consent, artinya kelompok mayoritas yang menang, namun kelompok
minoritas tidak merasa dikalahkan dan menerima keputusan serta kesepakatan
untuk melakukan kegiatan bersama
5.
Compromise, artinya semua sub kelompok yang terlibat dalam konflik
berusaha mencari dan mendapatkan jalan tengah
6.
Integration, artinya pendapat-pendapat yang bertentangan didiskusikan,
dipertimbangkan, dan ditelaah kembali sampai kelompok mencapai suatu keputusan
yang memuaskan bagi semua pihak
2.4. Golongan-Golongan yang Berbeda dan Integrasi Sosial
Masyarakat
Indonesia digolongkan sebagai masyarakat majemuk yang terdiri dari berbagai suku bangsa dan golongan
sosial yang dipersatukan oleh kesatuan nasional yang berwujudkan Negara
Indonesia. Masyarakat majemuk dipersatukan oleh sistem nasional yang
mengintegrasikannya melalui jaringan-jaringan pemerintahan, politik, ekonomi,
dan sosial. Aspek-aspek dari kemasyarakatan tersebut, yaitu Suku Bangsa dan Kebudayaan, Agama, Bahasa,
Nasional Indonesia.
Masalah besar yang
dihadapi Indonesia setelah merdeka adalah integrasidiantara masyarakat yang majemuk. Integrasi bukan
peleburan, tetapi keserasian persatuan. Masyarakat majemuk tetap berada pada
kemajemukkannya, mereka dapat hidup serasi berdampingan (Bhineka Tunggal Ika),
berbeda-beda tetapi merupakan kesatuan. Adapun hal-hal yang dapat menjadi
penghambat dalam integrasi:
1.
Tuntutan penguasaan atas
wilayah-wilayah yang dianggap sebagai miliknya
2.
Isu asli tidak asli, berkaitan
dengan perbedaan kehidupan ekonomi antar warga Negara Indonesia asli dengan
keturunan (Tionghoa,arab)
3.
Agama, sentimen agama dapat
digerakkan untuk mempertajam perbedaan kesukuan
4.
Prasangka yang merupakan sikap
permusuhan terhadap seseorang anggota golongan tertentu
Integrasi
Sosial adalah merupakan proses penyesuaian unsur-unsur yang berbeda
dalam masyarakat menjadi satu kesatuan. Unsur yang berbeda tersebut meliputi
perbedaan kedudukan sosial,ras, etnik, agama, bahasa, nilai, dan norma. Syarat
terjadinya integrasi sosial antara lain:
1. Anggota masyarakat merasa bahwa mereka berhasil saling
mengisi kebutuhan mereka
2. Masyarakat berhasil menciptakan kesepakatan bersama mengenai
norma dan nilai sosial yang dilestarikan dan dijadikan pedoman
3. Nilai dan norma berlaku lama dan tidak berubah serta
dijalankan secara konsisten
2.5. Integrasi Internasional
Integrasi Internasional merupakan masalah yang dialami semua negara di dunia,
yang berbeda adalah bentuk permasalahan yang dihadapinya. Menghadapi masalah
integritas sebenarnya tidak memiliki kunci yang pasti karena latar belakang
masalah yang dihadapi berbeda, sehingga integrasi diselesaikan sesuai dengan
kondisi negara yang bersangkutan, dapat dengan jalan kekerasan atau strategi
politik yang lebih lunak. Beberapa masalah integrasi internasional, antara
lain:
1.
Perbedaan ideologi
2.
Kondisi masyarakat yang majemuk
3.
Masalah teritorial daerah yang
berjarak cukup jauh
4.
Pertumbuhan partai politik
Adapun upaya-upaya yang dilakukan untuk
memperkecil atau menghilangkan kesenjangan-kesenjangan itu, antara lain:
·
Mempertebal keyakinan seluruh warga
Negara Indonesia terhadap Ideologi Nasional
· Membuka isolasi antar berbagai kelompok
etnis dan antar daerah/pulau dengan membangun saran komunikasi, informasi, dan
transformasi
·
Menggali kebudayaan daerah untuk
menjadi kebudayaan nasional
·
Membentuk jaringan asimilasi bagi
kelompok etnis baik pribumi atau keturunan asing.