Rabu, 18 Oktober 2017

ARM Cortex-A73


ARM Cortex-A73 adalah arsitektur mikroprosesor yang merupakan pengganti dari ARM Cortex-A72 yang hadir lebih dari setahun pada tahun 2015-2016. Cortex-A73 adalah prosesor Premium yang paling efisien dari ARM, dirancang untuk digunakan dalam berbagai perangkat yang memerlukan kinerja tertinggi dalam arsitektur berdaya rendah. ARM Cortex-A7 ini ditujukan untuk gadget premium, sedangkan fokusnya bukan ke performa melainkan ke penghematan penggunaan daya. Berbeda dengan Cortex-A72 yang merupakan bagian keluarga arsitektur Austin, Cortex A73 dikategorikan sebagai keluarga arsitektur Sophia yang justru sama dengan Cortex-A17. Dengan kata lain, Cortex-A73 bisa dibilang merupakan versi 64-bit dari Cortex-A17.



Di Cortex-A73, ARM kembali menggunakan desain 2-wide bukan 3-wide seperti di Cortex A72. Artinya, Cortex-A73 memiliki decoder yang lebih kecil ketimbang Cortex-A72. Pengurangan besaran decoder pada arsitektur mikroprosesor memang akan berimbas pada pengurangan performa, namun akan menghadirkan efisiensi daya yang lebih baik, serta tidak menimbulkan panas berlebih. 

ARM tampaknya mengenali apa yang sedang menjadi tren di pasar saat ini. Produsen smartphone saat ini sedang berbondong-bondong untuk merilis produk dengan ukuran bodi yang tipis, terutama untuk produk premiumnya. Bodi tipis memiliki "thermal envelope", atau tingkat toleransi panas yang rendah, sehingga diperlukan arsitektur yang tidak menghasilkan panas berlebih.  Itulah mengapa saat dikenalkan, ARM mengusung tema "sustained performance" untuk Cortex-A73. Penggunaan performa yang berlebih memang telah menjadi masalah bagi ARM di dua generasi arsitektur sebelumnya. AnandTech bahkan mengatakan bila dua arsitektur mikroprosesor sebelumnya bisa mengkonsumsi daya hingga lebih dari 10W. Hal tersebut tentu merupakan masalah besar mengingat gadget memiliki keterbatasan penggunaan daya. 

Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, Cortex A73 memang sangat mirip dengan Cortex A17. Bedanya, Cortex A73 memiliki pipeline yang lebih pendek serta dispatch rate maksimal yang lebih besar, yaitu hingga 6 µops. Cortex A73 juga memiliki dua ALU (Arithmetic Logic Unit). Satu ALU bertugas untuk fokus ke pemrosesan perkalian, sedangkan satunya fokus ke pembagian. ARM ingin arsitekturnya kali ini agar digunakan di perangkat kelas konsumen. Untuk itulah mereka menghilangkan beberapa fitur seperti AMBA 5 Coherent Hub Interface (CHI) Standard dan menggantinya dengan AMBA 4 ACE (Accelerated Coherency Extensions) Standard. Pergantian komponen tersebut akan mengurangi kompleksitas interface pada arsitektur Cortex-A73.

Dari keseluruhan perubahan yang dihadirkan kali ini, ARM mengklaim bahwa performa Cortex-A73 akan lebih baik dari Cortex-A72, meski besar decoder telah dikurangi. ARM memperlihatkan bila arsitektur terbarunya ini bisa menghadirkan performa 10 persen lebih baik dalam benchmark website loading. Sementara peningkatan performa terbesar didapat di memori yang diklaim meningkat 15 persen. Dari penjabaran tersebut, penurunan besaran decoder pada arsitektur mikroprosesor tampaknya tidak terlalu berpengaruh pada keseluruhan performa secara signifikan, tentunya jika dilihat pada proses dan frekuensi yang sama. Justru penurunan tersebut akan lebih menghadirkan efisiensi performa terhadap daya yang digunakan. 



ARM mengklaim, desain CPU baru ini mampu menghadirkan performa 30 persen lebih tinggi, dengan frekuensi mencapai 2,8GHz, tanpa mengubah kemampuannya menghadirkan suhu rendah. Cortex A73 juga diklaim berbekal kemampuan efisiensi daya 30 persen lebih baik. Selain itu, Cortex A73 dibuat melalui proses 10nm, menghasilkan core yang masing-masingnya berukuran 0,65 milimeter persegi, lebih kecil jika dibandingkan dengan Cortex A72 dengan proses 16nm.


ARM menyebut, performa terjaga merupakan tujuan desain Cortex A73, sehingga pengguna tidak akan merasakan perbedaan antara performa di kondisi standar dan pada kondisi tertinggi secara virtual. Umumnya, chip akan memanas saat mencapai performa tertinggi. Karenanya pengguna perlu mengurangi aktivitas untuk mencegah panas berlebih.

Sebelumnya, desain core serupa Cortex A57 memiliki perbedaan sebesar 20 persen antara performa di kondisi standar dan pada kondisi tertinggi. Desain core pada Cortex A72 dinilai mampu sedikit menguranginya, sementara A73 hampir mengeliminasi perbedaan antara keduanya. Meski demikian, bukan berarti pengurangan decoder tidak memiliki dampak negatif. Pengurangan tersebut memang tidak terlalu terasa ketika Cortex-A73 diimplementasikan untuk mikroposesor kelas atas, namun akan berpengaruh banyak pada implementasi mikroprosesor kelas menengah.

Secara keseluruhan, keputusan ARM dalam menghadirkan Cortex-A73 memang sangat masuk akal. ARM harus berfokus pada penghematan konsumsi daya, dan Cortex-A72 telah membuka jalan bagi ARM untuk menciptakan arsitektur yang lebih hemat daya. ARM sendiri memperkirakan bila perangkat yang menggunakan arsitektur Cortex-A73 pada mikroprosesornya akan hadir akhir tahun ini. 

Kelebihan
  • Performa sampai 30% lebih tinggi dari generasi sebelumnya yaitu Cortex-A72.
  • Sampai dengan frekuensi 2.8GHz untuk performa puncak tertinggi.
  • Peningkatan efisiensi daya hingga 30%, lebih baik dari sebelumnya yaitu Cortex-A72.
  • Cortex A73 dibuat melalui proses 10nm, menghasilkan core yang masing-masingnya berukuran 0,65 milimeter persegi, lebih kecil jika dibandingkan dengan Cortex A72 dengan proses 16nm.


Kekurangan
  • Pengurangan besaran decoder pada arsitektur mikroprosesor memang akan berimbas pada pengurangan performa.
  • Kinerja 22 persen lebih rendah dibanding penerusnya yang akan dirilis yaitu ARM Cortex-A75. Cortex-A75 ini juga menawarkan performa FP dan NEON 33 persen lebih baik, serta memory througput yang 34 persen lebih tinggi.
  • Cortex-A73 lebih boros daya dibanding penerusnya yaitu Cortex-A75. 


Referensi :
https://developer.arm.com/products/processors/cortex-a/cortex-a73 
http://teknologi.metrotvnews.com/news-teknologi/GbmAMXyb-arm-cortex-a73-arsitektur-mikroprosesor-baru-agar-gadget-lebih-irit-baterai 
http://www.jagatreview.com/2016/05/computex-2016-arm-dukung-vr-core-cortex-a73-gpu-mali-g71-diperkenalkan/ 

Selasa, 25 April 2017

Menghitung Nilai Tegangan Output ( Vout ) pada Suatu Rangkaian Penyearah dengan Menggunakan Bahasa Pemrograman Pascal


Pada postingan sebelumnya http://mfauzanazima.blogspot.co.id/2017/03/flowchart-menghitung-vout-pada.html telah dijelaskan flowchart mengenai menghitung tegangan keluaran (Vout) pada rangkaian penyearah (dioda). 
Kali ini saya akan menghitung tegangan pada dioda (Vak) apakah dioda tersebut aktif atau tidak aktif dan menghitung berapa tegangan keluaran (Vout) dengan menggunakan bahasa pemrograman Pascal. Berikut ini adalah listing programnya : 


Penjelasan Program :
·         Program Dioda;  Judul program diberi nama Program Dioda. Untuk setiap pemisah antar instruksi di akhiri tanda titik koma ( ; ).
·        Statemen uses crt;  merupakan statemen yang harus disertakan apabila ingin menambahkan perintah clrscr yang ditempatkan setelah begin.
·         Deklarasi :
Variabel Vs dan R digunakan untuk mendeklarasikan nilai integer (angka) pada keluaran/output. Variabel Vak dan Vout digunakan untuk mendeklarasikan nilai real pada keluaran/output.
·         Begin untuk memulai program.
·         Disisipkan perintah clrscr dibawah perintah begin agar saat dijalankan, program menghasilkan output yang diinputkan pada program setiap dijalankan atau menghapus layar lalu menampilkan program yang jalan saat itu.
·         Write(‘Masukkan Nilai Vs : ’); readln(vs);
Statemen Write untuk menampilkan variabel ‘Masukkan Nilai Vs’ pada layar, disertakan tanda petik ( ‘ ‘ ) khusus karakter/kalimat pada awal dan akhir nilai yang ingin ditampilkan dalam output.
Statemen Readln untuk memasukkan data perbaris. Program dideskripsikan dengan mengisi nilai vs menjadi (‘Masukkan Nilai Vs :’). Kemudian dengan statement write nilai vs dipanggil kembali agar dapat ditampilkan pada output.
·         Vak : = vs - (0*r);
Vout : = vs - 0,7;
Variabel Vak untuk mengoperasikan rumus vs – (0 x r) dan Vout untuk mengoperasikan rumus vs – 0,7.
·         Writeln(‘Nilai Vs adalah = “,vs);
Writeln dimaksudkan untuk menampilkan output berbaris. Yaitu output-an berupa hasil dari program perulangan  diatas, disertakan dengan deklarasi variabel vs yang bertipe data integer.
·         Diakhiri statemen Readln, kemudian end disertai tanda titik ( . ) untuk mengakhiri program Pascal. 

                                                                  Gambar Rangkaian Dioda

Pada gambar rangkaian dioda saya menggunakan sumber tegangan Vs = 10 Volt, R = 100 Ω dan dioda bahan silicon. Program di atas terdapat rumus untuk mencari Vak (tegangan pada anoda dan katoda) dan rumus untuk mencari tegangan output (Vout). Vak merupakan rumus untuk menghitung tegangan pada dioda jika tegangannya diatas 0,7 V maka dioda tersebut aktif. 


Sesaat setelah program di run akan muncul seperti tampilan diatas, lalu akan diminta memasukkan nilai Vs dan R setelah di enter akan muncul hasil Vak yaitu 10 Volt maka kondisi dioda ON, dan menghasilkan tegangan output (Vout) sebesar 9,3 Volt.  

Rabu, 12 April 2017

Elektronika Telekomunikasi : Penguat Video


Penguat Video IF
Penguat Video IF merupakan sebuah Band Pass Amplifier yang berfungsi untuk mempekuat frekuensi menengah atau IF (Intermediate Frequency) sinyal pembawa gambar yang berasal dari keluaran Tuner agar levelnya mencukupi untuk dideteksi oleh bagian video detektor. Untuk sistim PAL BG seperti di Indonesia spektrum frekuensi penguat video IF menggunakan center pada frekuensi 38.9 Mhz untuk IF sinyal pembawa gambar (video carrier) dan 33.4 Mhz untuk sinyal IF pembawa suara (sound carrier).

Bagian penguat Video IF sangat penting karena menentukan kualitas-kualitas, seperti :
a.  Sensitivitas penerimaan atau kemampuan menerima sinyal dari antena yang lemah tetapi tetap dapat memberikan kualitas gambar yang bersih dari noise.
b.      Selektivitas penerimaan atau kemampuan untuk memisahkan gangguan dari chanel yang berdekatan
c.       Kualitas gambar atau kemampuan untuk memberikan detail (resolusi) gambar yang tajam.

Sistem Penerima (Receicer) Superheterodin
Penerima radio yang langsung memilih frekuensi yang diterima antena, memperkuat sinyal yang diterima dan kemudian langsung dideteksi dinamakan penerima “stright” atau penerima langsung. Sistem penerima seperti ini mempunyai banyak kelemahan antara lain karena kurang sensitif dan tidak selektif.
Sistem penerimaan yang dinamakan superheterodin diperkenalkan oleh Edwin Armstrong pada tahun 1918 untuk memperbaiki cacat penerima stright, dimana sistim ini hingga sekarang terus digunakan. Pada sistim superheterodin sinyal yang diterima antena dirubah dahulu menjadi frekwensi IF (frekwensi menengah) dengan menggunakan sirkit RF osilator dan mixer.
Besarnya frekuensi IF untuk penerima :
·         AM receiver 455/450 Khz
·         FM receiver 10.7 Mhz
·    TV receiver ada beberapa sistem yaitu 38.0/38.9/45.75/Mhz. Televisi sistem PAL BG/DK menggunakan center frekuensi IF 38.9 Mhz.
·         TV satelit receicer 70 Mhz
·         Radar receiver 30 Mhz
·         Komunikasi receiver dengan gelombang mikro 70/250 Mhz

 
Blok Diagram Tv


Bagian-bagian dari penguat video IF
a.       Sirkit penyesuai impedansi input
b.      Penguat pre-amp transistor
c.       SAW filter
d.      Penguat IF
e.       AGC (Autimatic Gain Control)
f.       AFT (Automatic Fine Tuning)
g.      PLL atau VCO video detector
h.      Noise inverter
i.        Video Indentification

Fungsi Rangkaian AGC, AFT, AFC, ACC, ABL
- AGC (Automatic Gain Control)
Rangkaian AGC berfungsi mengatur penguatan pesawat secara otomatis, sehingga dihasilkan output yang setabil, jika sinyal yang diterima oleh antenna cukup kuat, maka AGC akan menurunkan tingkat penguatan RF Amp dan IF Amp, begitu pula sebaliknya. Pengaturan AGC yang kurang tepat dapat menghasilkan kualitas gambar yang kurang baik (fading), yaitu perubahan kuat sinyal yang ditangkap oleh penerima.

- AFT (Automatic Fine Tune)
Dalam blok skema rangkaian televisi terdapat AFT (Automatic Fine Tune), berfungsi untuk mengunci channel/gelombang yang tertala/tertangkap oleh tuner. Pada tuner TV terdapat pin VT, yaitu pin yang berfungsi sebagai pin masukan untuk tegangan kontrol tuning (untuk menggeser frekuensi tuning/talaan). Juga terdapat pin AFT yang berfungsi untuk menggeser “sedikit” (naik atau turun) terhadap frekuensi yang ditala oleh pin VT.

- AFC (Automatic Frequency Control)
Fungsi utama AFC adalah untuk menyetabilkan frekuensi osilasi horisontal, karena sistemnya yang otomatis dan ‘terkunci/terkontrol’ tersebut maka pulsa sampel dari output osilator lebih sering disebut sebagai sinyal AFC (automatic frequency control) atau H SYNC.

Sinyal AFC pada perangkat TV umumnya mengambil/menyadap dari salah satu sekunder FBT. Besar level pulsa harus tetap dijaga agar cukup untuk ‘memandu’ pelukisan gambar dan warna. Terganggunya pulsa AFC horisontal dapat menyebabkan tidak terkuncinya osilator horisontal sehingga gambar tidak bisa tercetak (ngolat-ngolet, karena kordinat titik gambar tidak diketahui), warna tidak bisa ditampilkan, OSD tidak ada dan lain-lain.

- ACC (Automatic Color Control)
Rangkaian ACC digunakan untuk mengontrol sinyal warna agar tetap konstan dengan cara mendeteksi amplitudo burs warna dengan detektor, dan penguatan penguat bandpass dikontrol oleh tegangan searah yang berasal dari detektor ACC tersebut.

- ABL (Automatic Brightnees Level)
Di dalam rangkaian penguat video terdapat pula rangkaian ABL  (Automatic Brightnees Level) atau pengatur kuat cahaya otomatis yang berfungsi untuk melindungi rangkaian tegangan tinggi dari tegangan muatan lebih yang disebabkan oleh kuat cahayapada layar kaca

Noise Inverter
Sirkit noise inverter dipasang sesudah sirkit video detektor. Digunakan untuk menghilangkan gangguan noise frekuensi tinggi. yang ada pada sinyal gambar (video).
Ada 2 macam gangguan frekwensi tinggi, yaitu
a.       Black noise yaitu gangguan noise yang berupa garis-garis pendek berwarna hitam.
b.      White noise yaitu gangguan noise yang berupa garis-garis pendek berwarna putih.
Dinamakan noise inverter, karena pada sirkit ini untuk menghilangkan noise digunakan sebuah sirkit inverter. Suatu sirkit filter frekuensi tinggi digunakan untuk menyaring agar hanya frekuensi tinggi yang berisi noise saja yang dapat lewat. Kemudian frekuensi tinggi ini phasanya dibalik 180 derajat. Sinyal frekuensi tinggi yang phasanya dibalik ini kemudian dicampur (mixing) dengan sinyal video yang masih mengandung noise. Hasilnya sinyal frekuensi tinggi yang phasenya dibalik akan saling menghilangkan dengan noise frekuensi tinggi yang dibawa sinyal video, karena phasenya berlawanan. Maka keluaran dari noise inverter akan merupakan sinyal video yang bebas dari noise.

Video Indentifikasi (ID)
Istilah lainnya adalah SD (Sync Detect) atau HS (Hor Sync). Merupakan sirkit yang akan meng-output-kan tegangan pulsa dc jika bagian penguat video IF menerima siaran televisi. Sinyal ini sebenarnya merupakan sinyal “sinkronisasi horisontal”.
Sinyal ini digunakan untuk membedakan antara sinyal televisi dari gangguan sinyal lainnya yang mungkin diterima antena,  misalnya harmonic dari siaran amatir dan berfungsi untuk :
a)   Sebagai refernsi sinyal stop pada saat manual/auto search dengan sinyal tegangan AFT. Pada saat manual/auto search pin-video indentifikasi akan berubah sesaat dari nol menjadi “high” ketika pas terima siaran.
b) Sebagi kontrol sinyal video-mute (blue back). Jika tidak terima siaran maka pin-video indentifikasi tegangannya nol. Tegangan ini diiputlan ke mikrokontrol dan selanjutnya mikrokontrol akan melakukan audio/video muting.

Referensi :

Rabu, 05 April 2017

Elektronika Telekomunikasi : Amplifier (Penguat)

Amplifier Linear, Amplifier Kelas C, dan Pengganda Frekuensi
Ada dua tipe dasar amplifiers listrik digunakan dalam pemancar yaitu: Linear dan Kelas C. Linear amplifier memberikan sinyal output yang identik, merupakan replika dari input. Outputnya berbanding lurus dengan masukannya. Oleh karena itu, mereka setia mereproduksi masukan tapi amplifier RF linear harus digunakan untuk meningkatkan tingkat daya yang berbeda-beda amplitudo Sinyal RF seperti tingkat rendah AM atau sinyal SSE. Frekuensi sinyal termodulasi tidak bervariasi dalam amplitude. Karena itu, dapat diperkuat dengan lebih efisien, non-linear kelas C ampliflers.

Amplifier linier beroperasi pada kelas A, AB, atau B. Kelas penguat menunjukkan bagaimana hal itu akan menjadi bias. Penguat kelas A merupakan penguat bias, sehingga itu melakukan terus menerus. Bias diatur sehingga input bervariasi kolektor (atau drain) saat ini lebih dari satu daerah linier karakteristik transistor. Dengan cara ini, outputnya adalah diperkuat reproduksi linear input. Biasanya kita mengatakan bahwa kelas A amplifler melakukan untuk 360˚ dari input gelombang sinus.  

Sebuah penguat kelas B bias di cutoff sehingga tidak ada arus kolektor mengalir dengan nol input. Transistor melakukannya hanya pada satu-setengah dari input gelombang sinus. Dengan kata lain, melakukan untuk 180˚ dari masukan gelombang sinus. Ini berarti bahwa hanya satu-setengah dari gelombang sinus diperkuat. Biasanya, dua amplifier kelas B yang terhubung dalam susunan push-pull sehingga baik pergantian positif dan negatif dari input diperkuat serentak.

Kelas AB amplifier bias dekat cutoff dengan beberapa aliran arus kolektor terus menerus. Ini akan dilakukan lebih dari 180˚ tapi kurang dari 360˚ inputnya. Juga digunakan terutama dalam amplifier push-pull dan menyediakan linearitas yang lebih baik daripada penguat kelas B tapi dengan efisiensi kurang.

Kelas A amplifier adalah linear tetapi tidak sangat efisien. Untuk itu, mereka disebut juga power amplifier yang miskin. Akibatnya, mereka digunakan terutama sebagai penguat tegangan sinyal kecil atau untuk amplifier daya rendah. Amplifier penyangga dijelaskan sebelumnya beroperasi kelas A. Kelas B dan kelas C amplifier lebih efisien karena arus mengalir hanya sebagian dari sinyal input. Mereka membuat power amplifier yang baik, kelas C menjadi yang paling efisien. Karena kedua kelas B dan kelas C amplifier mendistorsi sinyal input, ada teknik-teknik khusus yang digunakan untuk menghilangkan atau mengkompensasi distorsi. Sebagai contoh, amplifier kelas B dioperasikan dalam konfigurasi push-pull, sedangkan kelas C amplifier menggunakan beban LC resonan untuk menghilangkan distorsi.

Sebuah kelas A penguat penyangga sederhana ditunjukkan pada Gambar. 6-6. Sinyal pembawa osilator kapasitif digabungkan ke input. bias berasal dari R1, R2, dan R3. kolektor disetel dengan sirkuit LC resonan di frekuensi operasi, dan induktif digabungkan pada loop kedua untuk ke tahap berikutnya. Buffer seperti ini biasanya beroperasi pada tingkat daya baik kurang dari 1 W.

Contoh Rangkaian Amplifier Kelas A


Contoh Rangkaian Amplifier Kelas B


Rangkaian yang terpenting dalam kebanyakan AM dan FM transmitter adalah kelas C amplifier. Hal ini digunakan untuk daya amplifikasi dalam bentuk driver, pengganda frekuensi, dan amplifier akhir. Kelas C merupakan penguat bias sehingga melakukan kurang dari 180˚ input. Ini biasanya akan memiliki sudut konduksi 90˚-150˚. Ini berarti bahwa arus mengalir melalui itu dalam pulsa pendek. Maka dari itu perlu adanya penguatan sinyal lengkap yaitu dengan cara sirkuit disetel resonan.

Suatu bentuk khusus dari kelas C penguat adalah pengali frekuensi. Setiap kelas C amplifier mampu melakukan perkalian frekuensi jika rangkaian disetel kolektor diatur di beberapa bilangan bulat kelipatan dari frekuensi input. Semua amplifier kelas C memiliki beberapa bentuk disetel. Rangkaian terhubung di kolektor seperti ditunjukkan pada Gambar. 6-12. Tujuan utama dari sirkuit tuned ini adalah untuk membentuk ac output gelombang sinus lengkap. 



Ciri Khas Rangkaian Receiver
Bagian paling penting dari penerima komunikasi adalah ujung depan. Ujung depan biasanya terdiri dari amplifler RF, mixer, dan disetel dalam suatu sirkuit. Ini adalah bagian dari penerima yang memproses sinyal input sangat lemah. Sangat penting bahwa komponen suara rendah digunakan untuk memastikan rasio S/N yang cukup tinggi. Selanjutnya, selektivitas harus sedemikian rupa sehingga efektif menghilangkan gambar.

Dalam banyak komunikasi pada receiver, penguat RF tidak digunakan. Hal ini terutama berlaku di penerima dirancang untuk frekuensi rendah dari sekitar 30 MHz. Keuntungan tambahan tidak diperlukan, dan hanya kontribusinya akan lebih banyak suara. Oleh karena itu, amplifler RF biasanya dihilangkan, dan antena terhubung langsung ke input mixer melalui satu atau lebih sirkuit. Sirkuit disetel harus memberikan masukan selektivitas yang diperlukan untuk penolakan gambar. Dalam penerima semacam ini, mixer juga harus dari berbagai suara rendah. Saat ini, kebanyakan mixer adalah MOSFET, yang menyediakan kontribusi suara terendah.

Penerima/Receiver digunakan pada frekuensi di atas sekitar 100 MHz, bagaimanapun, biasanya menggunakan amplifier RF. Demikian juga amplifier RF ditemukan di beberapa sistem komunikasi frekuensi rendah. Tujuan utama dari penguat ini adalah untuk meningkatkan amplitudo sinyal lemah sebelum pencampuran. RF amplifier juga menyediakan beberapa selektivitas untuk penolakan gambar.

Dalam kebanyakan receiver, tahap RF tunggal digunakan, biasanya memberikan gain tegangan di rentan 10 sampai 30-dB. Hal ini mudah didapat dengan transistor tunggal. Transistor bipolar digunakan pada frekuensi yang lebih rendah, sedangkan FET adalah disukai di VHF, UHF. dan frekuensi gelombang mikro. Biasanya, FET memiliki noise lebih rendah dari transistor bipolar dan, karena itu, memberikan kinerja yang lebih baik.

Sebagian besar penerima memiliki sirkuit Automatic Gain Control (AGC) sehingga dynamic range yang lebar dari masukan amplitudo sinyal pemindaian menjadi ditampung tanpa distorsi. Rangkaian AGC meluruskan IF atau output demodulator ke dc untuk mengontrol IF amplifier gain. Keuntungan dari transistor bipolar dapat bervariasi dengan mengubah kolektor saat ini. Pada AGC kondisi mundur (reverse), peningkatan tegangan AGC mengurangi arus kolektor. Pada AGC kondisi maju (forward), peningkatan tegangan AGC meningkatkan arus kolektor. Keuntungan dari dual-gate MOSFET dalam penguat IF dikendalikan dengan memvariasikan tegangan dc pada kedua gerbang. 


Otomatis Kontrol Frekuensi (AFC) adalah sistem umpan balik yang mirip dengan AGC yang digunakan untuk mengoreksi drift frekuensi dan ketidakstabilan di LO dari VHF, UHF, dan frekuensi microwave penerima. Sebuah rangkaian memadamkan digunakan untuk memotong output audio untuk mencegah suara mengganggu sampai sinyal diterima. Entah sinyal audio atau kebisingan latar belakang dapat digunakan untuk mengoperasikan sirkuit memadamkan. Terus menerus tone control memadamkan (CTC) sirkuit mengizinkan sinyal selektif dengan hanya mengizinkan frekuensi rendah nada untuk memicu memadamkan nada tersebut.  

Sebuah Osilator Beat Frekuensi (BFO) digunakan dalam SSB dan CW penerima untuk memberikan pembawa yang akan bercampur dengan sinyal input demodulator untuk menghasilkan output audio. 


Sebuah transceiver adalah sebuah peralatan komunikasi yang menggabungkan penerima dan pemancar dalam Paket umum di mana mereka berbagi perumahan umum dan power supply. transceiver Single-sideband memungkinkan berbagi filter, tahap LO, dan sirkuit lainnya. Banyak transceiver baru mengandung synthesizer frekuensi yang menghilangkan beberapa osilator kristal dan osilator tuned LC di pemancar dan penerima. Sebuah synthesizer frekuensi generator sinyal biasanya diimplementasikan dengan PLL yang menghasilkan LO dan sinyal pembawa pemancar di sebuah transceiver. Sebuah synthesizer frekuensi memiliki stabilitas osilator kristal, tetapi frekuensi dapat bervariasi dalam kecil, kenaikan yang sama atas berbagai. Kelipatannya frekuensi synthesizer diatur oleh frekuensi input referensi untuk fase detektor. Frekuensi synthesizer diubah dengan memvariasikan rasio membagi pembagi frekuensi antara output VCO dan masukan detektor fasa. Tahap-terkunci synthesizer lingkaran sering menggabungkan mixer dan pengganda untuk mengizinkan lebih dari satu frekuensi yang akan dihasilkan.

Jawaban Soal
Self-Test (Chapter 6)
1. oscillator
2. continuous-wave, CW
3. crystal oscillator
4. buffer
5. drivers
6. final
7. speech-processing
8. frequency multipliers
9. mixer
10. linear
11. class C
12. AM, SSB
13. class C
14. A, B, AB
15. 27
16. 360
17. true
18. push-pull
19. 90, 150
20. pulses
21. tuned or resonant circuit
22. 60, 85
23. harmonics
24. frequency multipliers
25. 2.3.4.5 = 120 ; 120 (1,5) = 180 MHz
26. 28 (1,8) = 50,4 W

Self-Test (Chapter 7)
42. 1,36
43. shot, transit-time
44. false
45. true
46. noise figure
47. microwave
48. 48,464
49. 49. distortion
50. 50. high
51. RF amplifier, mixer
52. true
53. gain, selectivity, noise
54. MESFET or GASFET, gallium arsenide
55. IF
56. tuned circuits
57. mutual inductance
58. under, over, optimum, critical
59. limiter
60. cutoff, saturation
61. collector current
62. 100
63. automatic gain control
64. IF
65. rectifier, IF amplifier or detector
66. decrease
67. increase
68. constant-current source
69. control gate
70. automatic volume control
71. diode detector
72. reduced
73. local oscillator
74. demodulator
75. voltage-variable capacitor
76. squelch
77. audio, noise
78. tone, squelch
79. SSB, CW 


Frekuensi Transisi Gain Unity adalah frekucnsi di mana besarnya penguatan sama dengan unity, atau 0 dB.
Dengan persamaanya yaitu:

Amplifier Common-Emitter (CE) terdiri dari C3 dan C4 adalah kapasitor pemblokir dc dengan reaktans yang dapat diabaikan pada frekuensi tinggi. Resistor bias Rbias memasok arus bias ke base, dan ini dapat juga dianggap mempunyai pengaruh yang dapat diabaikan terhadap kinerja pada frekuensi tinggi. Rangkaian ekivalennya yaitu menggunakan rangkaian ekivalen hybrid-π untuk transistor.

Amplifier Common-Base (CB) merupakan Efek kapasitor umpan balik Ccb’ dapat dinul-kan sama sekali dengan menghubungkan transi dalam konfigurasi, rangkaian ekivalen sinyal kecil ditunjukkan dalam Gambar.5. Dengan ragam pengoperasian ini, Ccb’ tampak paralel dengan kapasitans output Cc dan karena tidak menyumbang kepada kapasitans input. Input resistans-nya α0/gm di mana α0 = β0 / ( β0 + 1). Oleh karena itu maka resistans input untuk rangkaian CB jauh lebih kecil daripada yang rangkaian CE yang diberikan oleh β0/gm. Kapasitans inputnya adalah Ceb’ = Cb’e. Resistans output untuk rangkaian CE timbul antara kollektor dan emitter. Ini lebih tinggi daripada resistans output CE dan dapat ditunjukkan diberikan oleh rcCB ≡ βrcCE. Karena nilainya yang sangat tinggi resistans output dapat diabaikan bagi kebanyakan maksud praktis. 


Amplifier common-emitter dan common-base dapat dikombinasikan untuk membentuk sebuah amplifier yang mempunyai penguatan daya tinggi dan stabil. Unit kombinasi ini dikenal sebagai Amplifier Cascode (kata ini merupakan pustaka dari teknologi tabung vakum, dirnana rangkaian aslinya menggunakan tahap cascade common-cathode dan cornrnon-grid). Secara keseluruhan amplifier cascode itu merniliki ciri kinerja yang serupa dengan yang dimiiiki oleh amplifier CE tetapi dengan kestabilan (dan diartikan, tidak ada perubahan fase l80˚), dan karena itu penguatan tegangan tersedia tinggi. 

Mixer digunakan untuk mengubah sinyal dari satu frekuensi ke frekuensi lain. Ada sejumlah alasan mengapa pengubahan frekuensi itu diperlukan, dan kenyatannya sejumlah proses mixing dipergunakan dalam penerapan khusus, yang tampil dengan nama berbeda. Istilah mixer pada umunya dicadangkan untuk rangkaian yang mengubah sinyal frekuensi radio ke suatu nilai madya (yang dikenal Intermediate Frequency / IF) dan yang memerlukan masukan dari sebuah isolator local (LO = Local Oscillator) untuk melakukannya. Semua rangkaian mixer memanfaatkan kenyataan bahwa apabila dua sinya sinusoidal dikalikan bersama, hasilnya terdiri atas komponen frekuensi yng dijumlahkan dan yang dikurangkan atau selisihnya. Sehinnga dapat dinyatakan sebagai berikut: 
Suku yang mengandung frekuensi ωosc – ωsig adalah yang biasa dipilih dengan penyaringan sebagai sinyal intermediate frequency (IF). Akan terlihat bahwa tidak satupun dari kedua frekuensi masukan itu hadir dalam keluaran, yang ada hanya frekuensi penjumlahan dan pengurangan. 

Senin, 27 Maret 2017

Flowchart Menghitung Vout pada Rangkaian Dioda




Penjelasan:
Program pada flowchart diatas yaitu apabila kita ingin mencari nilai tegangan output (Vout) pada suatu rangkaian yang terdiri dari Vs (Tegangan Sumber), D (Dioda), R (Hambatan), dan Vout (Tegangan Output).
Berikut Rangkaiannya: 

1)  Kondisi pertama start yaitu untuk memulai  program.
2) Kemudian program di run akan diminta untuk memasukkan nilai Vs (Tegangan Sumber) dan R (Hambatan).
Misalkan Vs = 10 Volt, R = 100 Ω
3)  Setelah itu berlanjut ke kondisi proses yaitu menghitung Vak = Vs – (I. R).
Secara teori, pertama kita mentukan dioda ON/OFF yaitu dengan cara melepas dioda yang ada pada rangkaian tersebut. 


Sehingga perhitungannya:
Vak = 10 – (0 . 100)   [I = 0 karena rangkaian terbuka, jadi tidak ada arus]
Vak = 10 V
Karena yang dipakai pada rangkaian adalah Dioda Silicon maka tegangan idealnya berkisar 0,7 V.
Yang dimaksud dengan tegangan ideal adalah, dioda akan menghantarkan arus bila diberi tegangan sumber lebih besar dari tegangan idealnya (Dioda aktif/ON). Dan dioda tidak akan menghantarkan arus apabila tegangan yang melaluinya lebih kecil dari tegangan idealnya (Dioda tidak aktif/OFF).
Hasil perhitungan diatas Vak = 10 -> Vak ≥ 0,7 sehingga dioda dalam kondisi ON. Jika dioda ON, maka komponen dioda diganti komponen baterai.

4)  Apabila Vak  ≥ 0,7 maka akan lanjut ke kondisi selanjutnya yaitu menghitung nilai Vout, namun apabila Vak < 0,7 maka akan kembali diminta untuk memasukkan Vs dan R.
Perhitungan diatas Vak = 10, maka dapat berlanjut menghitung nilai Vout.
5)  Kondisi selanjutnya program akan menghitung dengan rumus yang sudah dimasukkan di dalam program yaitu Vout = Vs - 0,7
Misalkan kita ambil data diatas, Vout = 10 – 0,7 = 9,3 Volt
6)  Sehingga didapat hasil Vout nya sebesar 9,3 Volt
7)  Setelah nilai Vout didapat, maka program akan berakhir.