Kelas : 1IB05
NPM : 1C414893
1. Penduduk,
Masyarakat, dan Kebudayaan
Penduduk,
Masyarakat dan Kebudayaan adalah 3 hal yang saling berkaitan. Bermukimnya
penduduk dalam suatu wilayah tertentu dalam waktu yang tertentu pula,
memungkinkan untuk terbentuknya masyarakat di wilayah tersebut. Ini berarti
masyarakat akan terbentuk bila ada penduduknya sehingga tidak mungkin akan ada
masyarakat tanpa penduduk, masyarakat terbentuk karena penduduk. Jadi, penduduk
disini yang dimaksud adalah kelompok manusia, bukan penduduk/populasi dalam
pengertian umum yang mengandung arti kelompok organisme yang sejenis yang hidup
dan berkembang biak pada suatu daerah tertentu.
Demikian pula hubungan antara masyarakat dan kebudayaan, ini
merupakan Dwi Tunggal, hubungan dua yang satu dalam arti bahwa kebudayaan
merukan hasil dari suatu masyarakat, kebudayaan hanya akan bisa lahir, tumbuh
dan berkembang dalam masyarakat. Tetapi juga sebaliknya tidak ada suatu
masyarakat yang tidak didukung oleh kebudayaan. Hubungan antara masyarakat dan
kebudayaan inipun merupakan juga hubungan yang saling menentukan.
Penduduk, dalam pengertian luas diartikan sebagai kelompok
organisme sejenis yang berkembang biak dalam suatu daerah tetentu. Penduduk
dalam arti luas itu sering diistilahkan popuasi dan disini dapat meliputi
populasi hewan, tumbuhan dan juga manusia. Dalam kesempatan ini penduduk
digunakan dalam pengertian orang-orang yang mendiami wilayah tertentu, menetap
dalam suatu wilayah, tumbuh dan berkembang dalam wilayah tertentu pula.
Masyarakat adalah suatu kesatuan kehidupan sosial manusia yang
menempati wilayah tertentu, yang keteraturannya dalam kehidupan sosialnya telah
dimungkinkan karena memiliki pranata sosial yang telah menjadi tradisi dan mengatur
kehidupannya. Tekanannya disini terletak pada adanya pranata sosial, tanpa
pranata sosial kehidupan bersama didalam masyarakat tidak mungkin dilakukan
secara teratur. Pranata sosial disini dimaksudkan sebagai perangkat peraturan
yang mengatur peranan serta hubungan antar anggota masyarakat, baik secara
perseorangan maupun secara kelompok.
Kebudayaan merupakan hasil budi daya manusia, ada yang
mendefinisikan sebagai semua hasil karya, rasa dan cipta masyarakat. Karya
manusia menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan, rasa mewujudkan segala
norma dan nilai untuk mengatur kehidupan dan cipta merupakan kemampuan berpikir
kemampuan mental yang menghasilkan filsafat dan ilmu pengetahuan.
A. Pertumbuhan
Penduduk
Pertumbuhan
penduduk adalah perubahan jumlah penduduk di suatu wilayah tertentu pada waktu
tertentu dibandingkan waktu sebelumnya. Indikator tingkat pertumbuhan penduduk
sangat berguna untuk memprediksi jumlah penduduk di suatu wilayah atau negara
dimasa yang akan datang. Dengan diketahuinya jumlah penduduk yang akan datang,
diketahui pula kebutuhan dasar penduduk ini, tidak hanya di bidang sosial dan
ekonomi tetapi juga di bidang politik misalnya mengenai jumlah pemilih untuk
pemilu yang akan datang. Tetapi prediksi jumlah penduduk dengan cara seperti
ini belum dapat menunjukkan karakteristik penduduk dimasa yang akan datang.
Untuk itu diperlukan proyeksi penduduk menurut umur dan jenis kelamin yang
membutuhkan data yang lebih rinci yakni mengenai tren fertilitas, mortalitas
dan migrasi.
Secara umum ada
tiga faktor utama demografi yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk, di
antaranya sebagai berikut:
1. Kelahiran
(Fertilitas)
Kelahiran adalah
istilah dalam demografi yang mengindikasikan jumlah anak yang dilahirkan hidup,
atau dalam pengertian lain fasilitas adalah hasil produksi yang nyata dari
fekunditas seorang wanita.
2.
Kematian (Mortalitas)
Kematian adalah
ukuran jumlah kematian umumnya karena akibat yang spesifik pada suatu populasi.
Mortalitas khusus mengekspresikan pada jumlah satuan kematian per- 1000
individu per-tahun, hingga rata-rata mortalitas sebesar 9,5 berarti pada
populasi 100.000 terdapat 950 kematian per-tahun.
3.
Perpindahan (Migrasi)
Migrasi adalah
peristiwa berpindahnya suatu organisme dari suatu tempat ke tempat lainnya.
Dalam banyak kasus organisme bermigrasi untuk mencari sumber cadangan makanan
yang baru untuk menghindari kelangkaan yang mungkin terjadi karena datangnya
musim dingin atau kerana over populasi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya
fertalitas penduduk:
1) Faktor
demografi, antara lain adalah:
a. Struktur umur
b. Struktur perkawinan
c. Umur
kawin pertama
d. Paritas
e. Disrupsi
perkawinan
f. Proporsi
yang kawin
2) Faktor non demografi,
antara lain adalah:
a. Keadaan
ekonomi penduduk
b. Perbaikan
status perempuan
c. Tingkat
pendidikan
d. Urbanisasi
dan industrialisasi.
Dinamika
Penduduk
Dinamika kependudukan adalah perubahan
kependudukan untuk suatu daerah tertentu dari waktu ke waktu. Pertumbuhan
penduduk akan selalu dikaitkan dengan tingkat kelahiran, kematian dan
perpindahan penduduk atau migrasi baik perpindahan ke luar kota maupun ke luar
daerah. Pertumbuhan penduduk yang minus berarti jumlah penduduk yang ada pada
suatu daerah mengalami penurunan yang bisa disebabkan oleh banyak hal.
Pertumbuhan penduduk meningkat jika jumlah kelahiran dan perpindahan penduduk
dari luar ke dalam lebih besar dari jumlah kematian dan perpindahan penduduk
dari dalam ke luar.
Rasio
Ketergantungan (Dependency Ratio)
Rasio
ketergantungan adalah angka perbandingan yang manampilkan beban besar
tanggungan dari kelompok usia produktif yaitu penduduk dewasa dengan kisaran
umur 15-64 tahun. Kelompok usia produktif inilah yang juga menanggung kelompok
usia muda (0-14 tahun) dan kelompok usia tua (65 tahun ke atas). Semakin besar
rasio ketergantungan kelompok usia non produktif terhadap kelompok usia
produktif, semakin besar pula beban yang ditanggung kelompok usia produktif.
Sebagai contoh rasio ketergantungan suatu negara 75. Berarti 100 orang dari
kelompok usia produktif menanggung biaya dan beban hidup 75 orang dari kelompok
usia non produktif. Akibat dari rasio ketergantungan yang besar maka beberapa
dampaknya antara lain:
a. Menjadikan pertumbuhan ekonomi menjadi lambat
b. Pendapatan perkapita daerah menjadi rendah
atau turun
c. Daya masyarakat untuk menabung berkurang atau
rendah
B. Kebudayaan
dan Kepribadian
Berbagai penelitian antropologi budaya menunjukkan, bahwa terdapat
korelasi diantara corak-corak kebudayaan dengan corak-corak kepribadian
anggota-anggota masyarakat, secara garis besar. Opini umum juga menyatakan
bahwa kebudayaan suatu bangsa adalah cermin dari kepribadian bangsa yang
bersangkutan. Kalau begitu pada sisi mana kebudayaan dapat memberi pengaruh
terhadap suatu kepribadian? jawabnya kita melihat dari sikap pemilik kebudayaan
itu sendiri. Manakala pemilik kebudayaan itu menganggap bahwa segala sesuatu
yang terangklum dan terlebur dalam segala materi kebudayaan itu sebagai sesuatu
yang logis, normal, serasi, dan selaras dengan kodrat alam dan tabiat asasi
manusia dan sebagainya. Setiap masayrakat mempunyai sistem nilai dan sistem
kaidah sebagai konkretisasinya. Nilai dan sistem kaidah berisikan
harapan-harapan masyarakat, perihal perilaku yang pantas. Suatu kaidah misalnya
kaidah hukum memberikan batas-batas pada perilaku seseorang. Batas-batas
tersebut menjadi suatu ”aturan permainan” dalam pergaulan hidup. Sebaliknya
segala yang berbeda dari corak kebudayaan mereka, dianggap rendah, aneh, kurang
susila, bertentangan dengan kodrat alam, dan sebagainya.
Contoh : Di Indonesia
pada umumnya, apabila seorang wanita hamil tidak mempunyai suami, ia adalah
profil seseorang yang telah melanggar adat/kebisaaan suatu keluarga,
masyarakat, dan bangsa pada umumnya. Budaya/adat istiadat kelaurga, masyarakat,
dan bangsa Indonesia yang berakar dari ajaran agama, tidak membenarkan dan
tidak metolelir hal semacam itu. Jika terjadi semacam itu, baik oleh lingkungan
keluarga maupun masyarakat, orang itu akan dikucilkan, dicibir, direndahkan harkatnya.
Sebab ia telah melanggar adat/kepribadian keluarga dan masyarakat di
sekelilingnya.
Akan tetapi contoh tersebut jika terjadi di negara Barat atau
negara komunis mungkin dianggap biasa saja, mengapa begitu? sebab, tata budaya
dan kepribadian yang dibakukan dalam sistem nilai, sistem kaidah orang-orang
barat dan komunis membenarkan kebiasaan / tingkah laku seperti itu, sama sekali
bukan merupakan pelanggaran adat istiadat.
Sifat-sifat kepribadian yang berakar dari adat istiadat dan ajaran
agama pada suatu kelompok masyarakat dapat dikukuhkan sebagai hukum adat. Di luar
itu ciri-ciri kepribadian suatu kelompok masyarakat/bangsa, juga tercermin
dalam penampilan sikap hidup sehari-hari.
C. Kebudayaan
Barat
Unsur kebudayaan yang juga memberi warna terhadap corak lain dari
kebudayaan dan kepribadian bangsa Indonesia adalah Kebudayaan Barat. Awal
kebudayaan barat masuk ke negara tercinta ini ketika kaum kolonialisme/penjajah
manggedor masuk ke Indonesia, terutama bangsa Belanda. Mulai dari penguasaan
dan kekuasaan perusahaan dagang Belanda (VOC) dan berlanjut dengan pemerintahhan
kolonialisme Belanda, tanah air Indonesia telah dijajah selama 350 tahun. Di
pusat kekuasaan pemerintah Belanda, di kota-kota provinsi, kabupaten muncul
bangunan-bangunan dengan gaya arsitektur Barat. Dalam kurun waktu itu juga, di
kota-kota pusat pemerintahan terutama di Jawa, Sulawesi Utara, dan Maluku
berkembang dua lapisan sosial. Lapisan sosial pertama, terdiri dari kaum
buruh dari berbagai lapangan pekerjaan. Lapisan kedua, adalah kaum pegawai.
Dalam lapisan sosial kedua inilah pendidikan Barat di sekolah-sekolah dan
kemampuan/kemahiran bahasa Belanda menjadi syarat utama untuk mencapai kenaikan
kelas sosial.
Dampak positif yang dapat kita ambil dari
kebudayaan barat misalnya:
a) Kemajuan
teknologi mereka (orang-orang barat) yang sudah semakin maju dapat membantu kita memudahkan dalam melakukan pekerjaan sehari-hari dengan bantuan alat-alat elektronik canggih yang mereka ciptakan.
b) Dalam
bidang politik, Negara barat cenderung menggunakan system demokrasi. Hal itu menginspirasikan pemerintahan Negara kita untuk mengunakan sistem pemerintahan yang terbuka dan demokratis.
c) Dalam
bidang sosial budaya kita dapat meniru pola berpikir mereka yang baik seperti etos kerja yang tinggi dan
disiplin dan Iptek dari bangsa barat yang sudah maju untuk meningkatkan
kemajuan bangsa.
Sedangkan dampak negatif yang ditimbulkan dari kebudayaan barat diantaranya:
a) Generasi
muda sekarang lebih suka meniru gaya orang-orang barat, misalnya trend mode berbusana. Anak muda zaman sekarang lebih suka menggunakan barang-barang eksport dan berbusana yang minim-minim sehingga menyebabkan kurangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri.
b) Munculnya
sikap individualisme yang menimbulkan ketidakpedulian antarperilaku sesama warga. Dengan adanya individualisme maka orang tidak akan peduli dengan kehidupan bangsa.
c) Pergaulan
masyarakat barat yang bebas mulai memengaruhi budaya Indonesia yang sebelumya lebih beradab. Kebebasan yang kelewat batas itu sebenarnya tidak cocok dengan nilai-nilai kebudayaan kita. Misalnya saja free sex yang sekarang ini marak terjadi
di Negara kita. Padahal hal itu sangat bertentangan dengan kebudayaan kita yang
menjunjung tinggi norma kesusilaan.
d) Kurangnya
rasa hormat tehadap orangtua dan tidak peduli terhadap lingkungan juga merupakan dampak yang ditimbulkan dari kebudayaan barat yang menganut kebebasan sehingga mereka bertindak sesuka hatinya.
Dari
pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa dibanding dampak positif yang
dapat kita peroleh, kita malah lebih banyak mendapatkan dampak
negatifnya. Oleh karena itu marilah kita antisipasi dampak negatif yang
ditimbulkannya dengan mulai mencintai budaya negara kita sendiri. Toh, budaya
tradisional kita juga tak kalah menarik dan bermartabatnya di kalangan dunia.
Sehingga kita tidak akan kehilangan kepribadian bangsa. Selain itu, kita juga
harus lebih selektif dalam menerima pengaruh dari kebudayaan barat. Tidak
lupa juga, tanamkan ajaran-ajaran agama dengan sebaik-baiknya agar kita dapat
terhindar dari pengaruh negatif yang ditimbulkannya.
2. Individu,
Keluarga, dan Kebudayaan
Individu berasal dari kata latin
“individuum” artinya yang tidak terbagi, maka kata individu merupakan sebutan
yang dapat digunakan untuk menyatakan suatu kesatuan yang paling kecil dan
terbatas. Kata individu bukan berarti manusia sebagai suatu keseluruhan yang
tak dapat dibagi, melainkan sebagai kesatuan yang terbatas yaitu sebagai
manusia perseorangan. Istilah individu dalam kaitannya dengan pembicaraan
mengenai keluarga dan masyarakat manusia, dapat pula diartikan sebagai manusia. Dalam pandangan psikologi sosial, manusia itu
disebut individu bila pola tingkah lakunya bersifat spesifik dirinya dan bukan
lagi mengikuti pola tingkah laku umum. Ini berarti bahwa individu adalah
seorang manusia yang tidak hanya memiliki peranan-peranan yang khas didalam lingkungan
sosialnya, melainkan juga mempunyai kepribadian serta pola tingkah laku
spesifik dirinya.
Keluarga adalah sekelompok orang yang mendiami sebagian atau
seluruh bangunan yang tinggal bersama dan makan dari satu dapur yang tidak
terbatas pada orang-orang yang mempunyai hubungan darah saja, atau seseorang
yang mendiami sebagian atau seluruh bangunan yang mengurus keperluan hidupnya
sendiri. Keluarga berasal dari bahasa Sansekerta: kula dan warga “kulawarga”
yang berarti “anggota” “kelompok kerabat”. Keluarga adalah lingkungan di mana
beberapa orang yang masih memiliki hubungan darah, bersatu. Keluarga inti
”nuclear family” terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak mereka.
Masyarakat adalah kelompok manusia yang saling
berinteraksi yang memiliki prasarana untuk kegiatan tersebut dan adanya saling
keterikatan untuk mencapai tujuan bersama. Masyarakat adalah tempat kita bisa
melihat dengan jelas proyeksi individu sebagai bagian keluarga, keluarga
sebagai tempat terprosesnya, dan masyarakat adalah tempat kita melihat hasil
dari proyeksi tersebut.
A. Pertumbuhan Individu
Perkembangan
manusia yang wajar dan normal harus melalui proses pertumbuhan dan perkembangan
lahir batin. Dalam arti bahwa individu atau pribadi manusia merupakan
keselurhan jiwa raga yang mempunyai ciri-ciri khas tersendiri. Walaupun
terdapat perbedaan pendapat diantara para ahli, namun diakui bahwa pertumbuhan
adalah suatu perubahan yang menuju kearah yang lebih maju, lebih dewasa. Timbul
berbagai pendapat dari berbagai aliran mengenai pertumbuhan. Menurut para ahli
yang menganut aliran asosiasi berpendapat, bahwa pertumbuhan pada dasarnya
adalah proses asosiasi. Pada proses asosiasi yang primer adalah bagian-bagian.
Bagian-bagian yang ada lebih dahulu, sedangkan keseluruhan ada pada kemudian.
Bagian-bagian ini terikat satu sama lain menjadi keseluruhan asosiasi. Dapat
dirumuskan suatu pengertian tentang proses asosiasi yaitu terjadinya perubahan
pada seseorang secara tahap demi tahap karena pengaruh timbal balik dari
pengalaman atau empiri luar melalui pancaindera yang menimbulkan sensations
maupun pengalaman dalam mengenal keadaan batin sendiri yang menimbulkan
sensation.
Dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan ini adalah proses perubahan
secara perlahan-lahan pada manusia dalam mengenal suatu yang semula mengenal
sesuatu secara keseluruhan baru kemudian mengenal bagian-bagian dari lingkungan
yang ada. Tahap pertumbuhan individu berdasarkan psikologi :
a. Masa vital yaitu dari usia 0 sampai kira-kira 2 tahun.
b. Masa estetik dari umur kira-kira 2 tahun sampai kira-kira 7 tahun
c. Masa intelektual dari kira-kria 7 tahun sampai kira-kira 13 tahun atau
14
d. Masa sosial, kira-kira umur 13 atau 14 tahun sampai kira-kira 20 – 21
tahun
B. Fungsi Keluarga
Dalam
keluarga sering kita jumpai adanya pekerjaan-pekerjaan yang harus dilakukan.
Suatu pekerjaan yang harus dilakukan itu biasanya disebut fungsi. Fungsi
keluarga adalah suatu pekerjaan-pekerjaan yang harus dilaksanakan didalam atau
oleh keluarga itu. Macam-macam fungsi keluarga adalah :
1. Fungsi Keagamaan
1. Fungsi Keagamaan
C. Hubungan
antara Individu, Keluarga, dan Masyarakat
Aspek individu,
keluarga, dan masyarakat adalah aspek-aspek sosial yang tidak bisa dipisahkan.
Ketiganya mempunyai keterkaitan yang sangat erat. Tidak akan pernah ada
keluarga, masyarakat maupun kebudayaan apabila tidak ada individu. Sementara di
pihak lain untuk mengembangkan eksistensinya sebagai manusia, maka individu
membutuhkan keluarga dan masyarakat, yaitu media di mana individu dapat
mengekspresikan aspek sosialnya.
Di samping itu,
individu juga membutuhkan kebudayaan yakni wahana bagi individu untuk mengembangkan
dan mencapai potensinya sebagai manusia.
Lingkungan sosial yang pertama kali dijumpai individu dalam hidupnya adalah lingkungan keluarga. Di dalam keluargalah individu mengembangkan kapasitas pribadinya. Di samping itu, melalui keluarga pula individu bersentuhan dengan berbagai gejala sosial dalam rangka mengembangkan kapasitasnya sebagai anggota keluarga. Sementara itu, masyarakat merupakan lingkungan sosial individu yang lebih luas. Di dalam masyarakat, individu mempraktikan apa-apa yang sudah dipelajari dari keluarganya. Mengenai hubungan antara individu dan masyarakat ini, terdapat berbagai pendapat tentang mana yang lebih dominan. Pendapat-pendapat tersebut diwakili oleh Spencer, Pareto, Ward, Comte, Durkheim, Summer, dan Weber. Individu belum bisa dikatakan sebagai individu apabila dia belum dibudayakan. Artinya hanya individu yang mampu mengembangkan potensinya sebagai individulah yang bisa disebut individu. Untuk mengembangkan potensi kemanusiaannya ini atau untuk menjadi berbudaya dibutuhkan media keluarga dan masyarakat.
Lingkungan sosial yang pertama kali dijumpai individu dalam hidupnya adalah lingkungan keluarga. Di dalam keluargalah individu mengembangkan kapasitas pribadinya. Di samping itu, melalui keluarga pula individu bersentuhan dengan berbagai gejala sosial dalam rangka mengembangkan kapasitasnya sebagai anggota keluarga. Sementara itu, masyarakat merupakan lingkungan sosial individu yang lebih luas. Di dalam masyarakat, individu mempraktikan apa-apa yang sudah dipelajari dari keluarganya. Mengenai hubungan antara individu dan masyarakat ini, terdapat berbagai pendapat tentang mana yang lebih dominan. Pendapat-pendapat tersebut diwakili oleh Spencer, Pareto, Ward, Comte, Durkheim, Summer, dan Weber. Individu belum bisa dikatakan sebagai individu apabila dia belum dibudayakan. Artinya hanya individu yang mampu mengembangkan potensinya sebagai individulah yang bisa disebut individu. Untuk mengembangkan potensi kemanusiaannya ini atau untuk menjadi berbudaya dibutuhkan media keluarga dan masyarakat.
D.
Urbanisasi
Urbanisasi adalah perpindahan penduduk
dari desa ke kota.
Urbanisasi adalah masalah yang cukup serius bagi kita semua. Persebaran
penduduk yang tidak merata antara desa dengan kota akan menimbulkan berbagai
permasalahan kehidupan sosial kemasyarakatan. Jumlah peningkatan penduduk kota yang
signifikan tanpa didukung dan diimbangi dengan jumlah lapangan pekerjaan,
fasilitas umum, aparat penegak hukum, perumahan, penyediaan pangan, dan lain
sebagainya tentu adalah suatu masalah yang harus segera dicarikan jalan
keluarnya
Di bawah ini adalah beberapa atau sebagian contoh yang pada
dasarnya dapat menggerakkan seseorang untuk melakukan urbanisasi perpindahan
dari pedesaaan ke perkotaan :
A. Faktor Penarik Terjadinya Urbanisasi
1. Kehidupan kota yang lebih modern
2. Sarana dan prasarana kota lebih lengkap
3. Banyak lapangan pekerjaan di kota
4. Pendidikan sekolah dan perguruan tinggi lebih
baik dan berkualitas
B. Faktor Pendorong Terjadinya
Urbanisasi
1. Lahan pertanian semakin sempit
2. Merasa tidak cocok dengan budaya tempat
asalnya
3. Menganggur karena tidak banyak lapangan
pekerjaan di desa
4. Terbatasnya sarana dan prasarana di desa
5. Diusir dari desa asal
6. Memiliki impian kuat menjadi orang kaya
C. Keuntungan Urbanisasi
1. Memoderenisasikan warga desa
2. Menambah pengetahuan warga desa
3. Menjalin kerja sama yang baik antarwarga suatu
daerah
4. Mengimbangi masyarakat kota dengan masyarakat
desa
D. Akibat urbanisasi
1. Terbentuknya suburb tempat-tempat
pemukiman baru dipinggiran kota
2. Makin meningkatnya tuna karya (orang-orang
yang tidak mempunyai pekerjaan tetap)
3. Masalah perumahan yg sempit dan tidak memenuhi
persyaratan kesehatan
4. Lingkungan hidup tidak sehat, timbulkan
kerawanan sosial dan kriminal
3. Pemuda dan Sosialisasi
Pemuda adalah golongan manusia manusia muda yang masih
memerlukan pembinaan dan pengembangan kearah yang lebih baik, agar dapat
melanjutkan dan mengisi pembangunan yang kini telah berlangsung, pemuda di
Indonesia dewasa ini sangat beraneka ragam, terutama bila dikaitkan dengan
kesempatan pendidikan. Keragaman tersebut pada dasarnya tidak mengakibatkan
perbedaan dalam pembinaan dan pengembangan generasi muda.
Proses kehidupan yang dialami oleh
para pemuda Indonesia tiap hari baik di lingkungan keluarga, sekolah, maupun
masyarakat membawa pengaruh yang besar pula dalam membina sikap untuk dapat
hidup di masyarakat. Proses demikian itu bisa disebut dengan istilah
sosialisasi, proses sosialisasi itu berlangsung sejak anak ada di dunia dan
terus akan berproses hingga mencapai titik kulminasi.
Pemuda adalah asset bangsa.
Dengan peran pemuda, akan mencapai cita-cita bangsa. Jadi, dapat disimpulkan
peran pemuda sangat penting untuk mencapai cita-cita bangsa. Jika suatu bangsa
melahirkan pemuda yang memiliki intel yang tinggi, memiliki pengetahuan dan
wawasan yang luas, maka akan tercipta suatu Negara yang maju, dan tentunya
tidak akan menjadi Negara yang tertinggal.
A. Internalisasi Belajar dan Spelialisasi
Internalisasi lebih
mengarah pada norma-norma individu yang menginternalisasikan norma-norma
tersebut. Belajar lebih mengarah pada proses pembelajaran tingkah laku, yang
sebelumnya tidak dimiliki sekarang telah dimiliki akibat proses pembelajaran
tersebut. Sedangkan Spesialisasi lebih mengarah pada kekhususan yang telah
dimiliki oleh seorang individu.
Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, kita
pasti selalu bersosialisasi terhadap individu lain dimanapun kita berada.
Perbedaan antar karakter menjadi identitas diri individu masing-masing.
Perilaku setiap individu pun berbeda-beda, karena dari itu membuat individu
lain mengambil suatu tindakan yang berbeda-beda. Tindakan-tindakan yang diambil
oleh masing-masing individu bisa dibagi menjadi dua yaitu tindakan positif dan
negatif. Tindakan positif akan diambil jika antar individu saling mengharagai
adanya norma-norma yang berlaku. Kalau tindakan negatif, akan diambil jika
antar individu tidak mengutamakan norma-norma yang ada, seperti saling egois,
berbeda pendapat, merasa derajatnya lebih tinggi dari individu lain, dan
sebagainya.
Setelah individu mengambil suatu tindakan
entah itu positif atau negatif, pastilah individu tersebut berfikir atas
tindakannya tersebut. Atas pemikirannya itu, akan membuat suatu pembelajaran
dimana individu akan lebih memahami apa itu hidup besosialisasi dan norma-norma
yang berlaku. Dari pembelajaran tersebut, suatu individu akan mendapatkan
spesialisasi atau kekhususan kemampuan dimana individu bisa menempatkan dirinya
di dalam hidup bermasyarakat.
Jadi, kesimpulan dari semuanya adalah, sebagai individu haruslah menaati norma-norma kehidupan yang ada, entah itu norma agama, norma kesusilaan, dan norma kesopanan. Apa yang dilakukan seorang individu pastilah melalui proses pembelajaran dan memiliki kemampuan khusus setelah terbiasa dengan pengambilan-pengambilan tindakan.
Jadi, kesimpulan dari semuanya adalah, sebagai individu haruslah menaati norma-norma kehidupan yang ada, entah itu norma agama, norma kesusilaan, dan norma kesopanan. Apa yang dilakukan seorang individu pastilah melalui proses pembelajaran dan memiliki kemampuan khusus setelah terbiasa dengan pengambilan-pengambilan tindakan.
B. Pemuda dan Identitas
Pemuda adalah sekolompok orang yang
mempunyai semangat dan sedang dalam tahap pencarian jati diri. Pemuda juga
merupakan generasi penerus bangsa. Beberapa orang mengatakan, pemuda tidak
dilihat dari usianya melainkan dari semangatnya. Maju mundurnya suatu bangsa
tidak lepas dari peranan para pemuda. Karena kalau bukan para pemuda pemuda,
siapa lagi yang akan meneruskan perjuangan bangsa kita kedepannya.
Sedangkan identitas atau jati
diri (kepribadian) adalah sikap atau sifat yang ada dalam diri seseorang. Pada
saat usia masih mudalah biasanya orang mulai melakukan pencarian jati diri atau
mengenali identitas dirinya. Siapa dia dan bagaimana dia. Menurut pola
dasar pembinaan dan pengembangan generasi muda bahwa generasi muda dapat
dilihat dari berbagai aspek sosial, yakni:
1. Sosial psikologi
2. Sosial budaya
3. Sosial ekonomi
4. Sosial politik
2. Sosial budaya
3. Sosial ekonomi
4. Sosial politik
Masalah-masalah
yang menyangkut generasi muda dewasa ini adalah:
a. Dirasakan menurunnya jiwa
nasionalisme, idealisme dan patriotisme di kalangan generasi muda
b. Kekurangpastian yang dialami oleh generasi muda terhadap masa depannya
c. Belum seimbangnya jumlah generasi muda dengan fasilitas pendidikan yang
c. Belum seimbangnya jumlah generasi muda dengan fasilitas pendidikan yang
tersedia
d. Kurangnya lapangan dan kesempatan kerja.
e. Kurangnya gizi yang dapat menghambat pertumbuhan badan dan perkembangan kecerdasan
d. Kurangnya lapangan dan kesempatan kerja.
e. Kurangnya gizi yang dapat menghambat pertumbuhan badan dan perkembangan kecerdasan
f. Masih banyaknya perkawinan-perkawinan
di bawah umur
g. Adanya generasi muda yang menderita fisik dan mental
h. Pergaulan bebas
i. Meningkatnya kenakalan remaja, penyalahgunaan narkotika
j. Belum adanya peraturan perundang-undangan yang mengangkut generasi muda.
g. Adanya generasi muda yang menderita fisik dan mental
h. Pergaulan bebas
i. Meningkatnya kenakalan remaja, penyalahgunaan narkotika
j. Belum adanya peraturan perundang-undangan yang mengangkut generasi muda.
Peran
pemuda dalam masyarakat:
a. Peranan pemuda yang didasarkan atas usaha pemuda untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan.
a. Peranan pemuda yang didasarkan atas usaha pemuda untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan.
b. Peranan pemuda yang menolak unsur menyesuaikan diri dengan lingkungannya
c. Asas edukatif
d. Asas persatuan dan kesatuan bangsa
e. Asas swakarsa
f. Asas keselarasan dan terpadu
g. Asas pendayagunaan dan fungsionaliasi
c. Asas edukatif
d. Asas persatuan dan kesatuan bangsa
e. Asas swakarsa
f. Asas keselarasan dan terpadu
g. Asas pendayagunaan dan fungsionaliasi
C. Perguruan dan
Pendidikan
Pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki ilmu di bidang keinginannya masing – masing agar
bermanfaat bagi agama, keluarga, masyarakat, dan bangsa.
Sedangkan perguruan tinggi adalah satuan pendidikan penyelenggara
pendidikan tinggi disebut Mahasiswa sedangkan tenaga pendidikan perguruan
tinggi disebut dosen. disinilah seseorang dapat mengembangkan lebih dalam lagi
ilmu – ilmu yang telah didapat dari pendidikan sebelumnya (SD,SMP,SMA), yang
akan berpeluang besar menggantikan generasi sebelumnya, dan dapat memajukan
bangsa dan negaranya.
Betapa pentingnya pendidikan dan perguruan tinggi bagi
generasi muda,jika suatu bangsa ingin memiliki pemimpin yang berkualitas dalam
memimpin serta mengurus dan mensejaterahkan rakyat harus di landasi oleh 2 hal
tersebut.
Contoh : Jika
ingin menjadi presiden atau menteri ,kita harus dituntut bisa menguasai
beberapa hal atau bidang yang bersangkutan ,jika kita tidak bisa menguasai
suatu bidang ,maka kita tidak akan dipake atau ditunjuk oleh masyarakat untuk
menjadi presiden.
Jadi
sangat penting pendidikan dan perguruan tinggi ini adalah modal kita kelak
untuk mencapai tujuan dan cita-cita kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar