Selasa, 26 Mei 2015

Ilmu Budaya Dasar BAB 11


Manusia dan Harapan

1.      Pengertian Harapan
Harapan adalah suatu keinginan agar sesuatu yang dinginkan dapat terjadi. Untuk mewujudkan harapan tersebut tentunya harus disertai usaha semaksimal mungkin sesuai dengan apa yang diharapkan. Harapan tersebut tergantung pada pengetahuan, pengalaman, dan kemampuan masing-masing. Harapan juga harus berdasarkan kepercayaan, baik kepercayaan pada diri sendiri, maupun kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Agar harapan terwujud, maka perlu usaha dengan sungguh-sungguh. Disamping usaha, manusia wajib selalu berdo’a. Karena usaha dan do’a merupakan sarana terkabulnya harapan.

Bila dibandingkan dengan cita-cita, harapan hampir mirip dengan cita-cita. Pada umumnya cita-cita adalah sesuatu yang diinginkan setinggi-tingginya. Sedangkan harapan itu sesuatu keinginan yang tidak muluk-muluk atau tidak berlebihan. Selain itu harapan dan cita-cita juga terdapat persamaam yaitu: (1). keduanya menyangkut masa depan karena belum terwujud; (2). dengan adanya cita-cita maupun harapan maka seseorang akan menginginkan hal yang lebih baik atau meningkat.

2.      Apa Sebab Manusia Mempunyai Harapan ?
Setiap manusia pasti menginginkan hidup yang enak, berkualitas, dan masa depan yang cerah. Hal tersebut tentunya berawal dari sebuah harapan. Harapan untuk hidup yang lebih baik lagi. Harapan untuk mengiginkan sesuatu yang lebih baik merupakan bagian dari sifat, keadaan, dan pembawaan ilmiah yang ada dalam diri setiap manuisa. Selain itu, dorongan kebutuhan hidup juga dapat meningkatkan harapan seseorang. Hal tersebut demi kelancaran dan kelangsungan hidup seseorang. Dengan adanya pembawaan ilmiah atau sifat dari manusia dan dorongan kebutuhan hidup yang lebih baik lagi, maka dari situlah manusia mempunyai harapan.

3.      Pengertian Do’a
Do’a adalah memohon atau meminta pertolongan kepada Allah SWT. Do’a merupakan cara pendekatan diri kepada Allah SWT. Dalam keadaan senang, bahagia, kedaan susah, dalam penderitaan, kesulitan maupun kelapangan hendaknya kita senantiasa selalu berdoa. Setidaknya berdoalah memohon kepada Allah SWT untuk mengampuni segala dosa-dosa, baik yang disegaja maupun tidak. Juga meminta tetap diberi kekuatan iman dan kesehatan agar dapat melaksanakan segala perintah-Nya. Lalu memohon perlindungan-Nya dari gangguan setan, segala kejahatan dan hawa nafsu kita sendiri supaya tidak terjerembab dalam kemaksiatan. Dalam berdo’a hendaknya dilakukan dengan sepenuh hati dan penuh keikhlasan. Karena dengan berdo’a hati kita menjadi nyaman, tentram dan damai.

4.      Kepercayaan
Kepercayaan adalah meyakini atau mengakui terhadap suatu hal, yaitu hal-hal yang berhubungan dengan keyakinan akan kebenaran. Kebenaran suatu kepercayaan bukan karena merupakan hasil penyelidikan sendiri, melainkan diterima dari orang lain. Kepercayaan dalam agama merapakan keyakinan yang paling besar. Karena dalam agama terdapat kebenaran-kebenaran yang diwahyukan langsung oleh Tuhan. Keyakinan ini berasal dari diri dan hati masing-masing manusia dan tidak dapat dipaksakan. Karena setiap manusia memiliki hak atas keyakinan sendiri dalam beragama.

5.      Kepercayaan dan Usaha Untuk Meningkatkannya
            a.   Kepercayaan kepada diri sendiri
Kepercayaan pada diri sendiri itu seharusnya di tanamkan pada setiap pribadi manusia.  Percaya diri sendiri dan menganggap dirinya tidak salah. Dirinya mampu mengerjakan segala hal yang di serahkan atau dipercayakan kepadanya.
b.   Kepercayaan kepada orang lain
Kepercayaan kepada orang lain itu sudah tentu percaya terhadap kata hatinya. Dalam percaya kepada orang lain tentunya harus berhati-hati. Yaitu dengan menyikapi yang menurutnya sesuai dengan kebenaran.
c.   Kepercayaan kepada pemerintah
Sebagai warga negara yang baik hendaknya mematuhi dan percaya dengan peraturan-peraturan Negara yang disampaikan oleh pemerintah, dengan harapan agar tercipta kedamaian dan kesejahteraan antar masyarakat.
d.   Kepercayaan kepada Tuhan
Kepercayaan kepada Tuhan adalah sangat penting. Karena manusia itu diciptakan oleh Tuhan. Bagaimana Tuhan dapat menolong umatnya, apabila umatnya itu tidak mempunyai kepercayaan kepada Tuhan nya, sebab tidak ada tali penghubung yang mengalirkan daya kekuatan-Nya. Oleh karena itu jika manusia ingin berusaha agar mendapat pertolongan dari pada-Nya, maka manusia harus percaya kepada Tuhan.



Daftar Pustaka :
- Buku Seri Diktat Kuliah MKDU : Ilmu Budaya Dasar. Karya Widyo Nugroho & Achmad Muchji.          Penerbit Universitas Gunadarma.

Sabtu, 16 Mei 2015

Ilmu Budaya Dasar BAB 10

Manusia dan Kegelisahan

A.    Pengertian Kegelisahan
Kegelisahan adalah suatu keadaan dimana hati merasa tidak tenang, tidak nyaman, cemas, tidak tentram, selalu merasa khawatir. Setiap manusia pasti pernah mengalami kegelisahan. Kegelisahan merupakan suatu ekspresi kecemasan pada manusia. Manusia yang mengalami kegelisahan hatinya selalu di hantui rasa takut dan khawatir. Masalah kecemasan atau kagelisahan berkaitan juga dengan masalah frustasi, yang secara definisi dapat disebutkan, bahwa seseorang mengalami frustasi karena apa yang diinginkan tidak tercapai dan menjadikan seseorang tersebut menjadi gelisah.

B.     Sebab-Sebab Orang Gelisah
Kegelisahan dapat diketahui dari tingkah laku atau gerak gerik seseorang dalam situasi tertentu. Gerak gerik atau tingkah laku itu umumnya lain dari biasanya. Kemudian kegelisahan tersebut diekspresikan melalui ekspresi seseorang, misalnya berjalan mondar-mandir dalam ruang tertentu sambil menundukkan kepala, duduk merenung sambil memegang kepala, tidak bisa tidur dan sebagainya. Banyak sebab-sebab yang menjadikan seseorang gelisah, diantaranya seseorang tersebut telah melakukan hal buruk, hal yang tidak baik, seseorang tersebut telah berbuat salah, seseorang yang lalai terhadap Tuhan nya, seseorang yang merasa gugup sebelum naik ke sebuah panggung, seseorang yang menunggu hasil pengumuman kelulusan dan sebagainya.

C.    Usaha-Usaha Mengatasi Kegelisahan
Setiap permasalahan umumnya dapat diselesaikan, terutama dalam kegelisahan. Dalam mengatasi kegelisahan ini pertama-tama harus dimulai dari diri sendiri dahulu. Banyak hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi kegelisahan, diantaranya ialah kita harus lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT yaitu dengan cara rajin beribadah kepada Allah SWT dan selalu berdo’a memohon pertolongan dan ampunan atas segala kesalahan yang mungkin kesalahan tersebut yang menyebabkan kegelisahan. Selain itu, kita juga harus bersikap tenang, berpikir tenang dan optimis bahwa kita dapat menyelesaikan dan mengatasi setiap permasalahan dan kegelisahan.

D.    Keterasingan
Keterasingan adalah hal-hal yang berkenaan dengan terpisah dari orang lain, dari suatu masyarakat atau daerah, tersisihkan dari pergaulan. Keterasingan dapat terjadi kepada seseorang yang  bersikap  angkuh, sombong, besar  kepala, tidak  menghormati  orang  lain, berbuat keonaran dan perilaku buruk lainnya. Dikarenakan perilaku semacam ini tidak disenangi dan dibenci oleh masyarakat, maka orang tersebut akan tersisih dari pergaulan dan membuat ia dalam keterasingan. Upaya ini dilakukan agar si pelaku sadar, sehingga dapat memperbaiki perilakunya yang bertentangan dengan nilai-nilai kemasyarakatan itu. Kesadaran  itu mungkin  dapat  terjadi  apabila  orang  itu  terasing  yang membuat  ia gelisah.  

E.     Kesepian
Kesepian adalah suatu perasaan sunyi, sendiri, dan tidak berteman. Setiap orang pasti pernah mengalami kesepian. Durasi kesepian itu tergantung kepada keadaan mental dan kasus penyebabnya. Ada bermacam-macam penyebab terjadinya kesepian. Diantaranya yaitu orang bersikap rendah diri, merasa dirinya kurang berharga sehingga ia menyendiri dan menjadikannya kesepian. Selain itu frustasi dapat mengakibatkan  kesepian. Dalam  hal seperti  itu orang  tidak mau diganggu, lebih senang  dalam  keadaan  sepi, tidak suka  bergaul,  lebih suka menyendiri dan  sebagainya. Keterasingan juga dapat mengkibatkan kesepian. Dalam keterasingan orang-orang akan mengucilkan dan menjauhi, sehingga terjadi kesepian.

F.     Ketidakpastian
Ketidakpastian adalah suatu keadaan tidak menentu dan tidak mempunyai arah yang jelas. Yang ada dipikrannya tidak searah dan kemana tujuannya tidak jelas. Ketidakpastian menjadikan orang khawatir dan menyebabkan kegelisahan. Ketidakpastian adalah bagian hidup dari manusia. Setiap orang pasti akan mengalaminya. Salah satu contoh ialah kematian. Kematian merupakan suatu ketidakpastian yang dialami oleh manusia. Karena manusia tidak akan mengetahui kapan ia akan mati dan menemui ajalnya. Yang hanya bisa dilakukan oleh manusia adalah melakukan hal-hal baik dan  menjauhkan dari apa yang dilarang-Nya.


G.   Usaha-Usaha Mengatasi Ketidakpastian
Dalam keadaan ketidakpastian setiap orang hampir tidak  dapat  berpikir  dengan  baik, atau kacau  pikirannya. Untuk dapat menyembuhkan keadaan itu bergantung kepada mental si penderita. Apabila keadaan tersebut dapat diketahui dan tidak dapat disembuhkan, maka orang tersebut butuh arahan dan motivasi hidup. Ketidakpastian mungkin sesuatu yang tidak dapat diketahui. Dalam hal ini seseorang butuh ketenangan. Untuk mendapatkan sebuah ketenangan maka yang perlu dilakukan adalah hanyalah berserah diri kepada Allah SWT setelah kita merasa sudah melakukan yang terbaik. Berdo’a kepada Allah SWT memohon agar diberikan yang terbaik dan diberikan kelapangan serta ketenangan hati.



Daftar Pustaka :
      Buku Seri Diktat Kuliah MKDU : Ilmu Budaya Dasar. Karya Widyo Nugroho & Achmad Muchji. Penerbit Universitas Gunadarma.

Kamis, 14 Mei 2015

Ilmu Budaya Dasar BAB 9

Manusia dan Tanggung Jawab

A.    Pengertian Tanggung Jawab
Tanggung jawab adalah suatu kesadaran akan menanggung perbuatan dan tingkah laku yang disengaja ataupun yang tidak disengaja. Tanggung jawab juga merupakan suatu perwujudan dalam memenuhi kewajibannya. Manusia yang bertanggung jawab adalah ciri manusia yang beradab dan bermoral.
Setiap manusia pasti memiliki tanggung jawabnya masing-masing. Tanggung jawab merupakan sikap terpuji yang dimiliki oleh setiap manusia, karena itu adalah sebuah kesadaran. Sikap kesadaran ini merupakan pencerminan bahwa manusia adalah makhluk yang mempunyai akal pikiran. Sehingga manusia dapat memilah dan memilih untuk setiap tanggung jawab yang akan dilakukannya.

B.     Macam-Macam Tanggung Jawab
Ada beberapa jenis tanggung jawab, diantaranya :
a.   Tanggung jawab terhadap diri sendiri
Tanggung jawab terhadap diri sendiri, menuntut kesadaran setiap orang untuk memenuhi kewajibannya sendiri dalam mengembangkan kepribadian sebagai manusia yang memiliki akal pikiran. Dengan demikian bisa memecahkan masalah-masalah mengenai dirinya sendiri. Menurut sifat dasarnya, manusia adalah makhluk bermoral, tetapi manusia juga seorang pribadi, karena itu manusia mempunyai pendapat sendiri, perasaan sendiri, dan angan-angan sendiri.
b.   Tanggung jawab terhadap keluarga
Tiap anggota keluarga wajib bertanggungjawab pada keluarganya. Tanggung jawab ini tidak hanya menyangkut nama baik keluarga, tetapi tanggung jawab juga merupakan kesejahteraan, keselamatan, pendidikan, dan kehidupan. Misalnya, seorang ayah sebagai kepala keluarga ia berjanggung jawab menafkahi istri dan anak-anaknya. Hal tersebut dilakukannya demi kehidupan dan kesejahteraan keluarganya. 
c.   Tanggung jawab terhadap masyarakat
      Manusia adalah makhluk sosial. Karena itu manusia harus berkomunikasi dengan manusia yang lainnya. Sehingga dengan demikian, manusia disini merupakan bagian dari masyarakat yang tentunya mempunyai tanggung jawab, agar dapat melangsungkan hidupnya di dalam masyarakat tersebut.
d.   Tanggung jawab terhadap bangsa dan Negara
      Setiap manusia atau individu adalah warga negara dari suatu negara. Manusia tidak adapt berbuat semaunya sendiri. Dalam berpikir dan bertindak, manusia terikat oleh norma-norma dan aturan yang dibuat oleh negara. Jika perbuatannya salah, dan melanggar aturan, maka manusia itu harus bertanggung jawab kepada negara.
e.   Tanggung jawab terhadap Tuhan
      Ini merupakan tanggung jawab manusia yang paling utama. Sebagai makhluk ciptaan Tuhan, manusia harus mentaati segala ketentuan-ketentuan dan aturan-aturan-Nya. Contohnya, setiap muslim diwajibkan sholat lima waktu dalam sehari, maka kita sebagai muslim wajib mempertanggung jawabkan sholat lima waktu tersebut.

C.    Pengabdian dan Pengorbanan
Pengabdian
Pengabdian adalah suatu perwujudan dari sebuah sikap kesetiaan, cinta kasih sayang, norma, yang dilakukan dengan ikhlas. Pengabdian itu pada hakekatnya adalah rasa tanggung jawab. Misalnya seorang ayah bekerja keras sehari penuh mencari nafkah untuk mencapai kebutuhan, hal itu berarti mengabdi kepada keluarga. Selain itu, yang paling utama adalah mengabdi kepada Tuhan. Sebagai makhluk ciptaan Tuhan manusia wajib mengabdi kepada Tuhan. Pengabdian kepada Tuhan berarti sebuah perwujudan cinta dan sikap ikhlas beribadah kepada Tuhan, dan itu merupakan perwujudan tanggung jawab kepada Tuhan.

Pengorbanan
Pengorbanan adalah suatu sikap yang menyatakan kebaktian terhadap sesuatu secara ikhlas dan tanpa pamrih. Pengorbanan dapat berupa tenaga, pikiran, harta benda dan sebagainya. Pengorbanan merupakan akibat dari pengabdian. Terdapat perbedaan antara pengertian pengabdian dan pengorbanan. Pengabdian lebih menunjuk kepada perbuatan, sedangkan pengorbanan lebih menunjuk kepada pemberian sesuatu. Namun antara pengabdian dan pengorbanan juga terdapat persamaan, yaitu keduanya harus disertai rasa ikhlas dan tanpa pamrih.


Daftar Pustaka :
Buku Seri Diktat Kuliah MKDU : Ilmu Budaya Dasar. Karya Widyo Nugroho & Achmad Muchji. Penerbit Universitas Gunadarma.


Minggu, 10 Mei 2015

Ilmu Budaya Dasar BAB 8

Manusia dan Pandangan Hidup

A.    Pengertian Pandangan Hidup dan Ideologi
Setiap manusia tentu mempunyai pandangan hidupnya masing-masing yang perlu dipersiapkan sejak dini agar dapat terlaksana. Adapun pengertian pandangan hidup itu adalah pendapat  ataupun pertimbangan yang dijadikan sebagai pegangan, pedoman, arahan, atau petujuk hidup di dunia agar dapat menjalani hidup lebih baik lagi dimasa yang akan datang. Pendapat atau pertimbangan disini merupakan hasil pemikiran manusia itu sendiri yang berdasarkan pengalaman hidup atau sejarah menurut waktu dan tempat hidupnya. Pada dasarnya, pandangan hidup mempunyai empat unsur yang saling terkait satu sama lain yang tidak dapat terpisahkan, yaitu cita-cita, kebijakan, usaha, dan keyakinan atau kepercayaan. Dari empat unsur tersebut, lebih jelasnya akan dijelaskan dpada materi setelah ini.

Ideologi adalah gabungan antara pandangan hidup yang merupakan nilai-nilai yang telah melekat dari suatu bangsa serta Dasar Negara yang menjadi pedoman hidup suatu bangsa. Ideologi mencerminkan cara berfikir masyarakat, suatu bangsa maupun negara, namun juga membentuk masyarakat menuju cita-citanya. Nilai-nilai ideologi tersebut dapat diterapkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

B.     Cita-cita
Cita-cita adalah keinginan, harapan, tujuan, kemauan yang selalu ada dalam pikiran seseorang pada masa yang akan datang. Dengan demikian cita-cita merupakan pandangan hidup tentang masa depan. Tentunya tujuan yang ingin dicapai adalah kebajikan atau segala sesuatu yang  memiliki tujuan baik. Setiap manusia mempunyai cita-cita yang berbeda, keinginan, harapan, tujuan, dan kemauan yang makin tinggi tingkatannya. Untuk mencapai cita-cita tersebut tentunya harus ditempuh dengan kerja keras, usaha dan perjuangan. Selain itu do’a juga berperan penting dalam menggapai cita-cita. Dengan do’a seseorang memohon kepada Tuhan demi kelancaran dan kemudahan dalam menggapai cita-citanya. Karena manusia hanya bisa berusaha dan berjuang dan Tuhan lah yang menentukan dan merestuinya.

C.    Kebajikan
Kebajikan dapat di katakan juga kebaikan. Perbuatan yang mendatangkan kebaikan, perbuatan yang sesuai dengan norma-norma termasuk norma agama dan etika. Manusia dapat menentukan sendiri mana yang baik dan mana yang buruk. Baik buruknya ditentukan oleh suara hati. Dengan suara hati seseorang dapat menimbang dan menentukan baik buruknya suatu perbuatan. Dengan berbuat kebaikan membuat manusia menjadi makmur, bahagia, damai, dan tentram. Kebajikan manusia yang nyata dan dapat dirasakan dalam tingkah lakunya. Karena tingkah laku merupakan bersumber pada pandangan, maka setiap orang memiliki tingkah laku yang berbeda-beda.

Faktor-faktor yang menetukan tingkah laku setiap orang ada tiga hal. Pertama faktor pembawaan    (heriditas)  yang telah ditentukan pada waktu seseorang masih dalam kandungan. Pembawaan merupakan  hal yang diturunkan  oleh orang  tua. Kedua faktor lingkungan (environment), lingkungan membentuk jiwa seseorang meliputi lingkungan keluarga, pendidikan dan masyarakat. Ketiga faktor pengalaman, memberikan manusia suatu bekal yang dipergunakan sebagai pertimbangan sebelum mangambil tindakan.

D.    Usaha/Perjuangan
Usaha/perjuangan adalah kerja keras untuk mencapai sesuatu yang diinginkan. Setiap manusia harus kerja keras untuk kelanjutan hidupnya. Usaha/perjuangan dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari diantaranya, dalam mewujudkan cita-cita, berjuang dari penderitaan hidup, ingin pergi ke suatu tempat dan sebagainya. Dalam Agama pun manusia diperintahkan untuk bekerja keras. Sebagaimana dalam salah satu Hadist Rasulullah SAW, yang artinya “Bekerjalah kamu seakan-akan kamu hidup selama-lamanya.”

Kerja keras dapat dilakukan dengan ilmu maupun dengan tenaga ataupun dengan keduanya. Misalnya para ilmuan, pengamat, politisi lebih banyak bekerja keras dengan ilmunya. Sebaliknya para petani, nelayan, buruh lebih banyak bekerja keras dengan tenaganya. Adapun yang bekerja keras dengan ilmu dan tenaga misalnya tentara dengan strategi perangnya.

E.     Keyakinan atau Kepercayaan
Keyakinan/kepercayaan adalah suatu pandangan hidup manusia yang berasal dari akal atau Tuhan, yang kemudian di anut untuk menjadi pedoman hidup dan suatu identitas bagi setiap manusia. Dalam agama Islam keyakinan disebut juga keimanan. Menurut Prof. Dr. Harun Nasution ada tiga aliran filsafat, yaitu aliran Naturalisme, aliran Intelektualisme, dan aliran Gabungan (Naturalisme dan Intelektualisme). (1).Aliran Naturalisme adalah hidup manusia itu dihubungkan dengan kekuatan gaib yang merupakan kekuatan tertinggi. Kekuatan gaib itu dari natur, dan itu dari Tuhan. Bagi yang tidak percaya pada Tuhan, natur itulah yang tertinggi. (2).Aliran Intelektualisme, dasar aliran ini adalah logika/akal. Manusia mengutamakan akal. Dengan akal manusia berpikir. Mana yang benar menurut akal itulah yang baik. (3).Aliran Gabungan, dasar aliran ini ialah kekuatan gaib dan juga akal. kekuatan gaib yang berasal dari Tuhan, percaya adanya Tuhan sebagai dasar keyakinan.

F.     Langkah-Langkah Berpandangan Hidup yang Baik
Setiap manusia pasti mempunyai pandangan hidup yang bermacam-macam untuk dapat mencapai dan berhasil dalam kehidupan yang diinginkannya. Tetapi apapun itu, yang terpenting adalah memiliki pandangan hidup yang baik agar dapat mencapai tujuan dan cita-cita dengan baik pula. Berikut adalah langkah-langkah berpandangan hidup yang baik :
Mengenal
Mengenal merupakan langkah awal berpandangan hidup yang baik, karena dengan mengenal, manusia akan mendapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Sehingga tidak mengambil langkah yang salah diawal.
Mengerti
Mengerti sebagai langkah selanjutnya dari mengenal. Dengan mengerti, ada kecenderungan mengikuti apa yang terdapat dalam pandangan hidup.
Menghayati
Setelah mengerti pandangan hidup selanjutnya adalah menghayati padangan hidup itu. Dengan menghayati pandangan hidup manusia memperoleh gambaran yang tepat dan benar tentang pandangan hidup itu sendiri.
Meyakini
Meyakini merupakan suatu hal untuk cenderung memperoleh suatu kepastian sehingga dapat mencapai  suatu tujuan hidupnya. Dengan meyakini berarti secara langsung ada penerimaan yang ikhlas atas pandangan hidup tersebut.
Mengabdi
Langkah terakhir untuk berpandangan hidup yang baik adalah mengabdi. Yaitu perwujudan  yang berupa perbuatan. Dengan mengabdi maka manusia akan merasakan manfaatnya. Pengabdian ini hendaknya dijadikan pakaian, baik dalam waktu tentram maupun bila menghadapi hambatan dan tantangan.


Daftar Pustaka 
Buku Seri Diktat Kuliah, MKDU : Ilmu Budaya Dasar. Karya Widyo Nugroho & Achmad Muchji. Penerbit Universitas Gunadarma.

Sabtu, 09 Mei 2015

Ilmu Budaya Dasar BAB 7

Manusia dan Keadilan

A.    Pengertian Keadilan
Keadilan adalah suatu kelayakan yang menjunjung kejujuran dan kebenaran. Kelayakan diibaratkan sebagai titik tengah antara kedua wadah ujung neraca yang terlalu banyak dan terlalu sedikit. Kedua ujung neraca ini berisi dua buah benda. Bila kedua benda tersebut mempunyai kesamaan dalam ukuran yang telah ditetapkan, maka masing-masing benda juga  harus memperoleh hasil pengukuran atau berat yang sama, maka hal tersebut disebut adil. Apabila tidak sama, maka masing-masing benda akan menerima bagian yang tidak sama, sedangkan pelanggaran terhadap proporsi tersebut disebut tidak adil.

Kita sebagai sesama manusia harus bisa berlaku adil dan selalu mengutamakan kejujuran. Karena dengan kejujuran itu, maka keadilan mudah untuk dicapai. Dan agar kita bisa memperlakukan hak dan kewajiban secara seimbang.

B.     Keadilan Sosial
Keadilan sosial berarti keadilan yang merupakan hak milik setiap individu di dalam masyarakat. Keadilan ini di bahas juga dalam dasar negara Indonesia yaitu Pancasila, pada sila kelima yang berbunyi : “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”. Dari pernyataan tersebut jelas bahwa masyarakat yang harmonis dan menjunjung keadilan merupakan cita-cita setiap bangsa. Setiap orang menginginkan hidup dalam keadilan dan persamaan hak dengan berpedoman pada peri kemanusian.

C.    Berbagai Macam Keadilan
            1.  Keadilan Legal atau Keadilan Moral
       Keadilan yang timbul karena penyatuan dan penyesuaian untuk memberi tempat yang selaras kepada bagian-bagian yang membentuk suatu masyarakat. Keadilan terwujud dalam masyarakat bilamana setiap anggota masyarakat menjalankan fungsinya secara baik.
2.  Keadilan Distributif
         Keadilan akan terlaksana bilamana hal-hal yang sama diperlakukan secara sama dan hal-hal yang tidak sama diperlakukan tidak sama (justice is done when equels are treated equally).
3.  Keadilan Komutatif
         Keadilan ini bertujuan untuk memelihara ketertiban masyarakat dan kesejahteraan umum. Bagi Aristoteles pengertian keadilan ini merupakan asas pertalian dan ketertiban dalam masyarakat. Semua tindakan yang bercorak ujung ekstrem menjadikan ketidakadilan dan akan merusak atau bahkan menghancurkan pertalian dalam masyarakat

D.    Kejujuran
Kejujuran berati apa yang dikatakan seseorang sesuai dengan hati nuraninya. Jujur juga berarti apa yang dikatakan harus sesuai dengan apa yang telah diperbuatnya. Jujur berarti pula menepati janji atau menepati sanggupan, baik yang telah terlahir dalam kata-kata maupun apa yang masih di dalam hati. Jadi seseorang yang tidak menepati niatnya berarti mendustai dirinya sendiri. Pada hakekatnya kejujuran dilandasi oleh kesadaran moral yang tinggi. Kesadaran pengakuan akan adanya hak dan kewajiban serta rasa takut akan dosa. Jujur memberikan keberanian dan ketentraman hati, dapat membersihkan diri serta membuat luhurnya budi pekerti.

E.     Kecurangan
Kecurangan dapat dikatakan bagian dari lawan kata jujur atau kejujuran. Kecurangan identik dengan ketiakjujuran, sama pula dengan licik. Kecurangan merupakan suatu cara untuk memperoleh suatu hak dengan cara tidak wajar dan apa yang diinginkan tidak sesuai dengan hati nuraninya. Kecurangan menyebabkan orang menjadi serakah, tamak, ingin memproleh hak atau keuntungan yang lebih banyak dan juga dapat merugikan orang lain. Sifat ini seharusnya dijauhkan oleh manusia, karena di larang dalam agama.

F.     Perhitungan (Hisab) dan Pembalasan
Segala perbuatan dan perkataan manusia pasti ada pembalasannya apabila manusia sudah dipanggil oleh Allah SWT nanti. Seluruh perbuatan amal soleh, perkataan, dan seluruh bagian dari tubuh manusia yang baik maupun buruk akan dipertanggungjawabkan di hari akhir nanti. Apabila manusia sudah dipanggil oleh Allah SWT maka manusia akan mengalami suatu masa yaitu hari perhitungan (Yaumul Hisab) dan hari pembalasan (Yaumul Jaza). Dimana seluruh amal perbuatan setiap manusia akan dihisab dan diberi balasan oleh Allah SWT. Hal ini juga telah ditetapkan oleh Al-Quran dan juga Sunnah Rasulullah SAW.

G.    Pemulihan Nama Baik
    Setiap orang menjaga dengan hati-hati agar namanya baik dan tidak rusak. Lebih-lebih jika ia menjadi teladan bagi orang atau tetangga diesekitarnya adalah suatu kebahagiaan yang tak ternilai harganya. Penjagaan nama baik erat hubungannya dengan keadaan tingkah laku atau perbuatan atau boleh dikatakan bahwa baik atau tidak baik adalah tingkah laku perbuatannya. Untuk memulihkan nama baik, manusia harus berinstropeksi diri atau meminta maaf.  Berinstropeksi diri dan minta maaf tidak hanya dibibir dan perkataan dalam hati saja, tetapi juga  harus beratingkah laku yang sopan, ramah, berbuat norma yang sesuai. Selain itu, manusia juga harus saling membantu dengan kasih sayang tanpa pamrih, taqwa kepada Tuhan dan mempunyai sikap tawakal, jujur dan adil

H.    Pembalasan
      Pembalasan adalah suatu reaksi atau tanggapan atas perbuatan orang lain. Reaksi itu dapat berupa perbuatan yang serupa, perbuatan yang seimbang, tingkah laku yang serupa, tingkah laku yang seimbang. Di dalam Al-Qur’an terdapat ayat-ayat yang menjelaskan akan adanya hari pembalasan di hari kiamat nanti. Pembalasannya pun pembalasan yang seimbang. Bagi yang bertaqwa kepada Allah, akan diberikan pembalasan berupa surga dan bagi yang melanggar perintah Allah, akan diberikan pembalasan berupa hukuman atau neraka. Oleh karena itu apabila manusia tidak mendapatkan hak dan kewajibannya dilanggar, maka manusia berusaha mempertahankan hak dan kewajibanya itu. Mempertahakan hak dan kewajiban itu adalah pembalasan.
    

 Daftar Pustaka :
 Buku Seri Diktat Kuliah, MKDU : Ilmu Budaya Dasar. Karya Widyo Nugroho & Achmad Muchji.  Penerbit Universitas Gunadarma.